Amtsal al-Qur’an
Amtsal al-Qur’an
- A. Latar Belakang
Allah menggunakan banyak perumpamaan (amtsal) dalam Al-Qur’an.
Perumpamaan-perumpamaan itu dimaksudkan agar manusia memperhatikan,
memahami, mengambil pelajaran, berpikir dan selalu mengingat. Sayangnya
banyaknya perumpamaan itu tidak selalu membuat manusia mengerti,
melainkan tetap ada yang mengingkarinya/ tidak percaya. Karena memang
tidaklah mudah untuk memahami suatu perumpamaan. Kita perlu ilmu untuk
memahaminya. Sudah digambarkan dengan perumpamaan saja masih susah
apalagi tidak. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mencoba
menjelaskan sedikit tentang ilmu amtsal Al-Qur’an.
- B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah tentang amtsal Qur’an ini adalah
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu amtsal sehingga
para pembaca yang awalnya belum pernah mengetahuinya menjadi tahu.
Setelah memahami ilmu amtsal Qur’an diharapkan para pembaca mampu
memahami, mangambil pelajaran, berpikir, dan selalu mengingat ayat-ayat
Al-Qur’an.
- C. Rumusan masalah
Dalam makalah ini kami dapat menemukan rumusan masalah yang akan di bahas sebagai berikut :
- Definisi Amtsal Al-Qur’an.
- Rukun Amtsal Al-Qur’an.
- Macam-macam Amtsal Al-Qur’an.
- Faedah Amtsal Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
- A. Pengertian Amtsal
Sejak jaman jahiliah bangsa arab sudah di kenal sebagai bangsa gemar
berbicara yang fasih. Kelancaran dan kelincahan lidah mereka sudah
sangat terlatih untuk berbahasa arab, selain itu mereka juga mendapat
dorongan dari keadaan alam dan lingkungan sekitar yang mampu menarik
para penghuni tempat tersebut mau tidak mau harus meerangkai sebuah
kata-kata yang indah. Tidak hanya kefasihan saja tapi mereka juga masih
di tambah lagi dengan keinginan jiwanya yang selalu ingin mengungkapkan
seluruh isi hati dan pikran mereka lewat bahasa yang indah.
Kalau amtsal di zaman Jahiliah hanya di ciptakan oleh para cerdik pandai di saat itu, maka amtsal dalam Al-quran adalah ciptaan Allah, wahyu dari Allah. Hanya Allah-lah yang menentukan amtsal dalam Al-quran, sebab dia mahatahu. Kitya tidak dibenarkan meniru-niru, sebab kita tidak tahu.[1]
Amtsal adalah kata dalam bentuk jamak dari mufrad “mistl” .kata “mistl”
mengandung arti serupa dengan yang lain. Antara keduanya terdapat
kemiripan, sehingga yang satu dapat menjadi penjelasan atau gambaran
bagui yang lain.[2]
Sedangkan kalau di ihat dari segi istilah ulama ahli Adab, amtsal
adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang di ceritakan
dengan sesuatu yang di tuju.[3]
- B. Rukun Amtsal Al-Qur’an
Orang pertama yang menyusun amtsal adalah Syaikh Abdur Rahman Muhammad Bin Husain An-Naisaburi, kemudian Imam Abul Hasan Bin Ali Bin Muhmmad Al-Mawardi, Ibnul Qayyim dan Jalalludin As-Suyuti. Adapun rukun amtsal ada empat :
- Wajah Syabbah
Yaitu pengertian yang bersama-sama yang ada pada musyabbah dan musyabbah bih.
- Adaatu Tasybih
Yaitu kaf, mitsil, kaana, dan semua lafaz yang menunjukan makna perserupaan.
- Musyabbah
Yaitu sesuatu yang di serapkan (menyerupai) musyabbah bih
- Musyabbah bih
Yaitu sesuatu yang diserupai oleh musyabbah.[4]
- C. Macam-macam Amtsal Al-Qur’an
- Al-Hasan bin Al-Fadhal telah membagi amtsal menjadi dua jenis:
- Al-Amtsal Al-Musharrahah bih
Yaitu amtsal yang bersifat tegas, di dalamnya mengandung tasybih. Amstal semacam inilah yang paling banyak terdapat di Al-Qur’an. Contohnya Q. S. Al-Baqarah: 17
- Al-Amtsal Al-Kamina
Yaitu yang tidak mempunyai tanda-tanda amtsal, karena tersembunyi. Ia di sebut matsal karena ada matsal bih yang sejalan dengan itu dan sudah berjalan, shingga dihukumi sebagai amtsal: Q.S Al-Isrok 29.
- AbdullahSjhatah telah embagi amtsal menjadi tiga jenis:
- Al-Amtsal Al-Musharrahah bih
Yaitu amtsal yang bersifat tegas, di dalamnya mengandung tasybih. Amstal semacam inilah yang paling banyak terdapat di Al-Qur’an. Contohnya Q. S. Al-Baqarah: 17
- Al-Amtsal Al-Kamina
Yaitu yang tidak mempunyai tanda-tanda amtsal, karena tersembunyi. Ia di sebut matsal karena ada matsal bih yang sejalan dengan itu dan sudah berjalan, shingga dihukumi sebagai amtsal: Q.S Al-Isrok 29.
- Al- Amtsal Al- mursal
Yaitu ibarat yang di buat lepas saa sekali dari tasybih, tetapi masih dapat di golongkan matsal. Ia sudah berlaku di masyarakat dan sudah menjadi ungkapan sehari-hari. Sebagai contoh antar lain:
Dalam surat annajim 58
Dalam surat hud 81
Dalam surat al-isrok 83
Dalam surat al-mukmin 83
Dan dalam surat al-khaser 14
Terhadap jenis yang ketiga ini terdapat sorotan, seolah-olah mempertanyakan, apakah hukum mempergukan matsal jenis ini. Dalam hal ini terdapat dua pendapat:
- Pendapat pertama mengatakan bahwa jenis yang ketiga tersebut di atas di anggap telh keluar dari adab Al-Qur’an. Imam Ar-Razi dalam tafsirnya mengatakan, degan mengambil kasus. Lakum diinukum waliadiin , dia menyatakan tidak boleh, dengan alas an bahwa ibarat tersebut bukan untuk di jadikan amtsal, tetapi sesuatu yang harus di renungkan, kemudian di ambil tindakan secara positif.
- Pendapat kedua (dan ini merupakan pendapat dari umumnya para ulama) bahwa berbuat dengan pedoman amtsal jenis ketiga tersebut di atas adalah boleh-boleh saja, dengan alas an bahwa amtsal memang dapat mempengaruhi jiwa manusia. Orang dapat berbuat secara positif dengan merenungkan Lakum diinukum waliadiin, namun orang juga dapat berbuat pesimis karena terbawa oleh renungannya terhadap laisa lahaa mi duunillahi kaasifatun.
Dalam hal ini perlu di bedakan antara : amtsalul qur’an. Dengan al-amtsaalul filqur’an. Di
samping itu berkaitan pula dengan sesuatu yang gaib, baik gaib hakiki
maupun gaib nisbi. Maksudnya untuk mendekat pada hati dan pikiran
manusia (mendekatkan yang gaib).
- D. Faedah amtsal Al-Qur’an
- Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit yang dapat dirasakan atau difahami oleh indera manusia.
- Menyingkapkan hakikat dari mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang seakan-akan nampak. Contohnya Q. S. Al-Baqarah: 275
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah di sebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli iyu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah di
ambil dahulu (sebelum ada larangan): dan urusannya terserah Allah. Orang
yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekel di dalamnya.”
- Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat- ayat di atas.
- Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal.
- Menghindarkan diri dari perbuatan negative.
- Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya.
- Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.[5]
BAB III
KESIMPULAN
Dari sedkit penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa:
- Amtsal adalah kata dalam bentuk jamak dari mufrad “mistl” .kata “mistl” mengandung arti serupa dengan yang lain. Antara keduanya terdapat kemiripan, sehingga yang satu dapat menjadi penjelasan atau gambaran bagui yang lain.
- Rukun amtsal adalah sebagai berikut:
- Wajah Syabbah Yaitu pengertian yang bersama-sama yang ada pada musyabbah dan musyabbah bih.
- Adaatu Tasybih Yaitu kaf, mitsil, kaana, dan semua lafaz yang menunjukan makna
- Ada dua pendapat mengenai macam amtsal
- a. Al-Hasan bin Al-Fadhal telah membagi amtsal menjadi dua jenis
- b. AbdullahSjhatah telah embagi amtsal menjadi tiga jenis:
- Al-Amtsal Al Musharrahah bih.
- Al-Amtsal Al-Kamina.
- Al- Amtsal Al- mursal.
- Faedah amtsal
-
- Al-Amtsal Al-Musharrahah bih.
- Al-Amtsal Al-Kamina.
-
- Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit yang dapat dirasakan atau difahami oleh indera manusia.
- Menyingkapkan hakikat dari mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang seakan-akan nampak
- Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat- ayat di atas.
- Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal.
- Menghindarkan diri dari perbuatan negative.
- Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya.
- Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud bin Asy-Syarif. Al-Amtsal Fi Al-Qura’an. Mesir: Dar Al-Ma’ruf, 1965
Syadzali, Ahmad dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II. Bandung: CV Pustaka Setia, 1997
Komentar
Posting Komentar