Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Asy Syafi'i

Gambar
Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Lahir 6 Dzulhijjah 1276 H (1860 M) Koto Gadang, IV Koto, Agam , Hindia Belanda Wafat 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M; umur 56) Mekkah , Arab Saudi Kebangsaan Minangkabau Etnis Minangkabau Jabatan Mufti , Imam Masjidil Haram, Mekkah. Firkah Sunni Mazhab Fikih Syafi'i Mempengaruhi [tampilkan] Istri Khadijah Fathimah Keturunan Abdul Karim Abdul Malik Abdul Hamid al-Khathib Orang tua Abdullatief Khatib (Ayah) Limbak Urai (Ibu) Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Rahimahullah adalah ulama besar Indonesia [1] yang pernah menjadi imam , khatib dan guru besar di Masjidil Haram , sekaligus Mufti Mazhab Syafi'i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia memiliki peranan penting di Mekkah al Mukarramah dan di sana menjadi guru para ulama Indonesia . Daftar isi

KH. Abdul Wahid Hasyim

Gambar
KH. A. Wahid Hasyim KH. Abdul Wahid Hasyim (1914-1953) memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, khususnya sejarah Islam di Indonesia. Beliau merupakan pendiri Partai Nahdlatul Ulama (NU), pernah menjabat sebagai Menteri Agama, dan anggota BPUPKI serta salah seorang penandatangan Piagam Jakarta ( Jakarta Charter ), yaitu preambul UUD Republik Indonesia yang ditandatangani pada 22 Juni 1945 di Jakarta.  Wahid Hasyim lahir pada tanggal 1 Juni 1914. Ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah seorang ulama besar dan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Sejak kecil ia belajar di pesantren Tebuireng dan berbagai pesantren lainnya, bahkan sampai ke Mekah saat berusia 18 tahun. Ia sangat giat belajar dan memiliki hobi membaca yang sangat kuat. Ia memperdalam ilmunya dengan berlangganan koran dan majalah, baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa asing. Ia memang merupakan pribadi yang cerdas dan seorang otodidak yang hebat.  Pada wa

Biografi Nurcholish Madjid - Cendekiawan Muslim

Gambar
Biografi Nurcholish Madjid - Cendekiawan Muslim Prof. Dr. Nurcholish Madjid  atau populer dipanggil  Cak Nur  lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939. Dia adalah seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Pada masa mudanya sebagai aktifis  Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) , ide dan gagasannya tentang sekularisasi dan pluralisme pernah menimbulkan kontroversi dan mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Nurcholish pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan sebagai Rektor Universitas Paramadina, sampai dengan wafatnya pada tahun 2005. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga kiai terpandang di Mojoanyar, Mojokerto, Jawa Timur. Ayahnya, KH Abdul Madjid, dikenal sebagai pendukung Masyumi. Setelah melewati pendidikan di berbagai pesantren, termasuk Gontor, Ponorogo, menempuh studi kesarjanaan IAIN Jakarta (1961-1968), tokoh HMI ini menjalani studi doktoralnya di Universitas Chi

Pluralisme Gus Dur gagasan para Sufi

PLURALISME GUS DUR, GAGASAN PARA SUFI Oleh: KH. Husein Muhammad Gus Dur adalah Bapak Pluralisme, terserah jika ada orang yang tidak suka atau berbeda pendapat dengan sebutan ini, termasuk para pecintanya sendiri. Konon, Djohan Efendi, sahabat setia Gus Dur, pernah diminta Gus Dur agar jika ia kelak wafat, nisannya ditulis “Di Sini Dikubur Sang Pluralis”. Terlepas pesan itu benar diucapkan Gus Dur atau tidak, dan tak peduli masyarakat memperdebatkan maknanya, tetapi beliau orang yang selalu ingin memandang manusia, siapapun dia dan di manapun dia berada, sebagai manusia yang adalah ciptaan Tuhan. Sebagaimana Tuhan menghormatinya, Gus Dur juga ingin menghormatinya. Sebagaimana Tuhan mengasihi makhlukNya, Gus Dur juga ingin mengasihinya. “Takhallaq bi Akhlaq Allah” (berakhlaklah dengan akhlak Allah), kata pepatah sufi. Sejauh yang saya tahu, Gus Dur tak banyak bicara soal wacana Pluralisme berikut dalil-dalil teologisnya. Tetapi ia mengama

Kisah Teladan KH. Hasyim Asy’ari Tentang Muhammadiyah

Gambar
Kisah Teladan KH. Hasyim Asy’ari Tentang Muhammadiyah 1. KH. Ahmad Dahlan (Yogyakarta, 1868-1923) Beliaulah Muhammad Darwis bin Abu Bakar bin Muhammad Sulaiman bin Murtadha bin Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Sulaiman (Ki Ageng Gribig) bin Muhammad Fadhlullah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri). Muhammadiyyah lahir 18 November 1912/8 Dzullhijjah 1330, dengan pondasi ayat: “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran ayat 104). 2. KH. Hasyim Asy’ari (Jombang, 1875-1947) Beliaulah Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin Abu Sarwan bin Abdul Wahid bin Abdul Halim bin Abdurrahman (Pangeran Samhud Bagda) bin Abdul Halim (Pangeran Benawa) bin Abdurrahman (Jaka Tingkir) bin Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri). Nahdlatul Ulama lahir 31 Januar