Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

SANAD - SILSILAH KEGURUAN NU (NAHDLATUL ULAMA) SAMPAI KEPADA NABI ADAM AS.

SANAD - SILSILAH KEGURUAN NU (NAHDLATUL ULAMA) SAMPAI KEPADA NABI ADAM AS. Pengertian.           Sanad ilmu atau sanad guru adalah rantai ilmu atau rantai guru yang tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sanad ilmu atau sanad guru yang tersambung kepada lisannya Rasulullah berlaku untuk seluruh umat Islam Jadi sebuah pendapat atau pemahaman atau fatwa wajib ada ketersambungan dengan lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.           Kalau tidak ada ketersambungan artinya hanyalah prasangka atau akal pikiran manusia semata yang berunsurkan hawa nafsu atau kepentingan semata. Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya. ” (Hadits riwayat Ath-Thabarani) Perlunya Sanad Guru dalam menuntut ilmu . Berkata Imam Ibnu Sirin : Ilmu itu adalah agama, Maka perhatikanlah d

Konsep Akhlak Perspektif al Ghazali

Konsep Akhlak Perspektif al Ghazali Konsep Akhlak Perspektif al Ghazali [1] Mukaddimah Akhlak tidak hanya the art of living yang mengajarkan bagaimana cara hidup bahagia, atau bagaimana memperoleh kebahagiaan tetapi juga merupakan ilmu yang harus dipelajari dan dipraktekkan sebelum ilmu yang lainnya, bahkan ia menjadi bukti kualitas iman seorang mukmin. Ibnu Miskawaih melalui Tahdzîbul Akhlaq, al Farabi melalui Tahshîlus Sa’âdah, dan al ‘Âmirî melalui as Sa’âdah wal Is’âd- nya  menjelaskan bahwa akhlak yang baik adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan, karena memang kebahagiaan merupakan tujuan utama akhlak. [2] Bahkan Socrates, mu’assisul falsafah al akhlâqiyyah, berkeyakinan bahwa tidak ada sesuatu yang lebih penting bagi manusia daripada mendidik akhlaknya sebelum berbicara masalah yang lainnya. (annahu I’taqada anna lâ syai’a ahammu lil insâni min tahdzîbi akhlâqihi qablal khaudhi fîmâ warâ’a dzâlika) . [3]  Lebih dari itu, Ibnu Qayyim al

KONSEP AKHLAK; Dalam Pandangan Al-Ghazali

KONSEP AKHLAK; Dalam Pandangan Al-Ghazali A.     Pendahuluan Masalah akhlak terus menjadi topik yang selalu diperbincangkan oleh berbagai kalangan, khususnya kaum agamawan, dan lebih khusus lagi para mubaligh yang selalu memberi taushiyah-taushiyah kepada masyarakat. Mereka tidak jemu-jemu menyoroti masalah akhlak, sebab, menurut mereka, salah satu penyebab krisis multidimensi di negeri ini adalah krisis akhlak. Sayangnya, krisis akhlak dalam istilah agamawan itu terlalu sempit, sebab masih terbatas pada masalah seks pra-nikah, korupsi, pakaian super seksi, atau tontonan yang kerap membuat jantung kita berdetak lebih kencang. Selain itu, pembicaraan akhlak juga terbatas pada sikap atau perilaku yang kasat mata, sedangkan aspek batiniah kurang mendapat porsi yang berimbang. Padahal, akhlak hakiki, menurut al-Ghazali, tidak terletak pada sikap dan perilaku yang indrawi atau empiris melainkan ada pada lubuk hati yang paling dalam. Berbicara mengenai akhlak, jelas tidak