Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

KH. Muslih Abdurrahman Mranggen Demak; Mursyid Thariqah Qadiriyyah wa al-Naqsyabandiyah dan Pejuang kemerdekaan karena mengusir Penjajah.

Gambar
KH. Muslih Abdurrahman Mranggen Demak; Mursyid Thariqah Qadiriyyah wa al-Naqsyabandiyah dan Pejuang kemerdekaan karena mengusir Penjajah. Bagi kaum Thariqah di Indonesia, khususnya pengikut Thariqah Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN), nama KH Muslih Abdurrahman Mranggen tentu sudah sangat masyhur. Keberadaannya sebagai salah seorang mursyid TQN, yang sekaligus aktif dalam mengembangkan dan membesarkan Jam'iyah Ahlit Thariqah Al-Muktabarah An-Nahdliyah (Jatman) hingga akhir hayat pada tahun 1981, membuat muridnya menyebut Kiai Muslih sebagai Abul Masyayekh dan Syeikhul Mursyidin. Tak hanya itu, Kiai Muslih berjasa pula dalam mengusir penjajah Belanda dan Jepang, baik sebagai anggota laskar Hizbullah yang berlatih kemiliteran bersama Syeikh KH Abdulloh Abbas Buntet Cirebon dalam satu regu di Bekasi Jawa Barat, maupun ketika bergabung dengan komando pasukan Sabilillah yang beranggotakan para kiai/ulama di wilayah Demak selatan atau front Semarang wilayah Tenggara.

KH MUHAMMAD FAQIH MASKUMAMBANG

Gambar
SIAPA KH MUHAMMAD FAQIH MASKUMAMBANG? Hikayat Wakil Rais Akbar dan Kentongan Hampir di semua masjid, mushalla, maupun langgar di lingkungan warga NU memiliki sebuah bedug sebagai pertanda waktu shalat. Kadang juga didampingi oleh kentongan. Dari kentongan inilah tersimpan cerita hebat seorang kiai asal Gresik, Kiai Faqih Maskumambang. Lahir sekitar tahun 1857 di Desa Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lokasinya berjarak lebih kurang 40 km arah barat laut Kota Surabaya. Ia adalah putra dari Kiai Abdul Jabbar dan Ibu Nyai Nursimah. Kiai Faqih Maskumambang masih termasuk keturunan darah biru, baik dari ayah maupun ibu. Kiai Abdul Jabbar masih ada keturunan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang nasabnya bersambung hingga ke Sunan Giri. Sedangkan Ibu Nyai Nursimah merupakan putri Kiai Idris, Kebondalem Burno, Bojonegoro. Maka tidak mengherankan jika Kiai Faqih Maskumambang nantinya akan menjadi sorang ulama yang mashyur dan disegani. Masa kecil