Rene Descartes
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR 2
DAFTAR
ISI 3
PEMBAHASAN
4
SUBTANSI 5
PERTARUNGAN JIWA DAN TUBUH 6
PENUTUPAN
10
KESEMPULAN 10
DAFTAR
PUSTAKA 11
PENDAHULUAN
Rene
Descartes adalah filsuf abad modern. Dia lahir pada tanggal 31 maret 1596 di la
haye, provinsi Teuraine, Perancis. Descartes kecil mendapat nama baptis Rene,ia
belajar di Jesuit College La Universitas Poitiers, tetapi Descartes tidak
pernah mempraktikannya. Dari 1616 sampai 1628 ,Descartes banyak melakukan
pengalaman dari satu Negara ke Negara lainnya. Ia masuk dinas ketentaraan yang
berbeda-beda. Descartes menetap di Belanda karna dianggapnya Belanda lebih menyediakan
kebebasan intelektual di bandingkan Negara-negara lainnya[1][1].
Rene
Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern. Kata bapak di berikan kepada
Descartes karna dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun
filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang di hasilkan oleh
pengetahuan aqliyah.[2][2] Dialah orang pertama diakhir abad
pertengahan itu menyusun argumentasi yang kuat,yang distinct, yang menyimpulkan
bahwa dasar filsafat harus akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci,
bukan yang lainnya. Filsafat yang di bawakan Descartes mempunyai corak yang
berlawanan dengan corak pada abad pertengahan Kristen.
Dia
mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar
filsafatlah harus lah rasio. Tokoh-tokoh gereja itu tetap yakin bahwa dasar
filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat dalam credo ut intelegian dasi anselmus itu.[3][3]
PEMBAHASAN
Aliran
filsafat yang berasal dari Descartes biasanya di sebut rasionalisme. Dalam
memahami aliran ini, kita harus memperhatikan dua masalah utama yang keduanya
diwarisi dari Descartes. Pertama masalah subtandi, kedua masalah hubungan antara
jiwa dan tubuh.
Pemikiran
filsafat Descartes berujung pada kelahiran rasionalisme ini yang cenderung
mengabaikan tuhan dan agama, maka perjalanan pemikiran filsafati al-Ghazali
sama sekali berbeda dengan Descartes. Al-ghazali sampai pada keyakinan yang kuat
akan adanya Tuhan dengan melalui jalan tasawuf
yang berpuncak pada ma’rifat,
yakni pengetahuan intuitif.[4][4]
Untuk
menyelesaikan kedua masalah tersebut memerlukan sebuah metode. Dan Descartes
sudah mendapatkan metodenya yaitu “dengan menyangsingkan segala-galanya, dan
keragu-raguan(skeptisisme) ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang kita
miliki, termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini kita anggap
pasti(misalnya bahwa ada suatu dunia material; bahwa saya mempunyai tubuh;
bahwa Allah ada)“.
A. SUBTANSI
Descartes
kemudian kembali berfikir adakah suatu benda yang tidak dapat di ragukan
keberadaannya? Ia mengajukan yiga hal, yaitu gerak, jumlah, dan besaran
(matematika(ilmu pasti)). Akan tetapi ia kembali ragu, karena ia kadang-kadang
salah ketika menghitung. Dengan demikian, ilmu pasti pun ia ragukan, ia
mengambil kesimpulan bahwa ia ragu karena ia berfikir.[5][5] Kemudian ia mengungkapkan “aku
yang sedang ragu-ragu menandakan aku sedang berfikir dan karna aku berfikir,
maka aku ada(cogito ergo sum).
Cogito ergo sum dianggap sebagai fase yang paling
penting dalam filsafat Descartes. Aku yang sedang berfikir adalah suatu
substansi yang seluruh tabiat dan hakikatnya terdiri dari pikiran, dan untuk
berada tidak memerlukan suatu tempat atau sesuatau yang bersifat bendawi.
Descartes berpendapat bahwa dalam diri saya terutama dapat ditemukan tiga ide
bawaa. Ketiga ide sudah ada pada diri saya sejak saya lahir yaitu pemikiran,
Allah dan keluasan.
Substansi jiwa dan materi
Descartes menyimpulkan bahwa
selain dari Allah ada dua Substansi ,pertama, jiwa yang hakikatnya adalah
pemikiran. Kedua materi yang hakikatnya adalah keluasan.[6][6]
Descartes
memandang manusia sebagai makhluk dualitas.
Manusia terdiri dua substansi: jiwa dan tubuh .jiwa adalah pemikiran dan tubuh
adalah keluasaan.
B. Pertarungan Jiwa Dan Tubuh
Rene Descartes adalah seorang
filsuf yang mempunyai obsesi menjawab semua pertanyaan tentang bagaimana
ilmu-ilmu non-matematika bisa memiliki kepastian yang sama dengan hasil-hasil
yang diraih oleh geometri analisis. Dalam hal pertarungan antara jiwa dan tubuh
dan jawaban Descartes adalah : “dengan menerapkan cara berpikir geometris pada
seluruh bidang pengetahuan ,tanpa kecuali “ .[7][7]
Rene Descartes seorang yang
mengadakan pembalikan atas struktur yang di buat oleh Aristoteles dan para pengikutnya, yaitu fungsi jiwa dipandang
sebagai faktor utama yang bisa menjelaskan seluruh fenomena kehidupan. Ia juga
dengan jelas menolak gagasan Aristoteles tenang jiwa atau pikiran sebagai suatu
yang menggerakan raga.[8][8] Akan tetapi dikemudian hari
terbukti fungsi jiwa tersebut tidak bisa menjelaskan dirinya sendiri
berdasarkan unit-unit yang lebih besar. Organisme-organisme hidup misalnya,
dipercaya mampu bereproduksi, bergerak dan berfikir karena mereka memiliki
jiwa-jiwa vegetative, hewani dan rasional. Namun analisis mereka tidak beranjak
lebih jauh dari itu.[9][9]
Pada prinsipnya, Descartes ingin
menunjukan kepada kita jalan menuju kepastian . Jalan itu melalui
keraguan-keraguan, yakni meragukan segala hal, dan kemudian mengambil sebagai
aksioma apapun yang terbukti tidak dapat di ragukan lagi. [10][10]
Dalam bukunya Diskurus tentang metode karya Descartes menggambarkan awal usaha
filosofisnya untuk meragukan semua hal secara sistematis. Pertama-tama
Descartes berasumsi bahwa segala-galanya bisa diragukan, termasuk kesan-kesan
indrawi yan sangat jelas dan terpilah-pilah, serta sifat dasar dunia fisis yang
dulu dianggap sudah jelas dan pasti.[11][11]
Descartes berkeyakinan bahwa
Descartes dapat menerima keberadaan dirinya yang sedang befikir dengan aman
sebagai prinsip pertama dari filsafat. Dengan demkian tindakan meragukan
tersebut justru memberikan bukti adanya kepastian yang diinginkan oleh
Descartes.[12][12]
Jiwa, kata Descartes tidak pernah
tampak secara langsung dalam kesadaran kita, seperti halnya pengalaman indrawi.
Descartes pun dinamakan dualis karena
pembedaan yang tajam antara dua subtansi jiwa dan tubuh. Descartes mengatakan
banyak gejala penting yang bukan merupakan hasil dari tubuh atau jiwa
semata-mata, melainkan hasil dari banyak bentuk interaksi yang berbeda di
antara kedua subtansi tersebut. itulah sebabnya system filsafatnya sering
disebut dualism interaktif.[13][13]
Dimana tempat yang paling pas
untuk interaksi tubuh dan jiwa?
Descartes beranggapan antara jiwa
dan tubuh pastilah ada konflik. Konflik - konflik demikian tidak pernah terjadi
dalam jiwa itu sendiri. Melainkan selalu terjadi antara jiwa terhadap tubuh.
Bagi Descartes jiwa adalah terpadu, rasional, dan konsisten tetepi juga
terbatas kekuatannya dalam menghadapi tubuh, yang seringkali sukar
dikendalikan. Kalau jiwa memutuskan menentang tubuh, maka pertarungan akan
berlangsung di dalam kelenjar peneal. Dimana tidak ada satu pihak pun yang di
untungkan.[14][14]
Dengan demikian persaingan atau
pertarungan antara tubuh dan jiwa tidak lain adalah esensi dari kondisi manusia
yang sebernanya. Metode-metode yang dikemukakan merupakan langkah awal lahirnya
pemikiran modern. Descartes hadir untuk
menanamkan dasar filsafat yang baru,yaitu akal. Ia mengungkapkan metodenya yang
terkenal tentang keraguan (Cartesian
doubt) atau yang lebih di kenala dengan cagito Descartes.
Akal yang ia gunakan untuk dasar
filsafat, ia jadikan sebagai titik acuan awal pemikirannya yang di tuangkan
dalam karya-karya besarnya yaitu Rules
For The Direction Of The Under Standing
pada tahun 1620 dan 1701, Le Monde tahun
1634,Descouvse On Method tahun 1637, Meditation On Jiust Philoshofy tahun
1641 dan Principles Of Pholoshopy tahun
1644.[15][15]
Tahap-tahap pemikiran Descartes
untuk mencari kebenaran sejati melalui dengan langkah-langkah yang polos dan
jernih. Kemudian, ia meneliti sejumlah besar pendapat yang keliru (menurutnya),
yang umumnya sudah di sepakati orang. Ia meragukan apa saja. Meragukan kepercayaan, meragukan pendapat yang sudah
berlaku dan lain-lain. Ia berfikir setiap benda yang ia tahu memalui panca
indranya adalah benar-benar di ragukan keberadaannya. Bahkan ia meragukan
apakah tangan dan tubuh itu adalah miliknya.[16][16]
Menurut Descartes ada 4 keadaan
yaitu (mimpi, halusinasi, ilusi ,roh halus) juga dalam jaga ada sesuatu yang
muncul. Yang selalu muncul adalah gerak, jumlah dan volume. Kemudian dia juga
ragu, yang ketiga macam itu adalah matematika. Dan matematika dapat salah.
Descartes mencontohkan keadaannya
sedang duduk dan berpakain rapi, ia meragukan keadaan tersebut karena ia pernah
mengalaminya ketika bermimpi. Prinsipnya, Descartes berpendapat bahwa tidak ada
perbadaan yang jelas antara sadar (keadaan ) dan sedang bermimpi. Argumennya
tentang eksistensi Tuhan di mulai dengan kesadaran akan dirinya sendiri sebagai
yang ada, yang keraguan tidak sempurna, tetapi mampu membuat gagasan tentang
Tuhan sebagai wujud yang sempurna. Gagasan sempurna ini, menurutnya hanya dapat
berasal dari wujud yang sempurna. Oleh karna itu Tuhan pasti ada sebagai
sumbernya.
Filsafat menurut Rene descartes
adalah kumpulan semua pengetahuan dimana Tuhan,alam, dan manusia menjadi pokok
penyelidikan.[17][17]
Descartes percaya kebenaran dapat di cari berdasarkan penalaran
proposi-proposi (pernyataan-pernyataan) yang terlepas dari pengalaman indrawi
sebagaimana di praktikan dalam
matematika. Semuanya di peroleh dengan menggunakan akal pikiran . Pikiran
seperti ini tidak mengherankan dari seorang descartes, sebab pada mulanya ialah
seorang matikawan.[18][18]
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Kempulan
yang dapat di ambil, Descartes meneliti sesuatu berangkat dari keraguan, dari
keraguan tersebut, ia mengetahui bahwa dasar pemikiran yang harus dipakai adalah
akal hingga ia mendapatkan kepastian yang memuaskan dirinya, Akan tetapi,
rasionalisme yang ia kembangkan, meskipun berawal dari objektivitas telah
menimbulkan subjektivitasme dan relativitasme.[19][19]
Sifat subjektif,
individualistis, humanis ini yang mendorong perkembangan filsafat modern.
Keraguan Descartes hanya di tunjukan untuk menjelaskan pembeda sesuatu yang
dapat di ragukan dari suatu yang tidak dapa dasat diragukan. Ini lah titik awal
kemenangan akal atas iman pada zaman modern. Yang menjadi dasar filsafat
Descartes adalah “ karna aku berfikir itulah yang benar-benar ada, tidak di
ragukan.”
Descartes percaya kebenaran dapat di cari berdasarkan penalaran
proposi-proposi (pernyataan-pernyataan) yang terlepas dari pengalaman indrawi
sebagaimana di praktikan dalam
matematika. Semuanya di peroleh dengan menggunakan akal pikiran . Pikiran
seperti ini tidak mengherankan dari seorang descartes, sebab pada mulanya ialah
seorang matikawan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Zainal.2011.Filsafat
Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung:Pt Remaja Rosdakarya
Offset.
Praja.PROF.DR.Juhaya S.2008.Aliran-Aliran
Filsafat & Etika .Jakarta : Kencana-Prana Media.
Rachmat,ET AL.Dr Aceng.2011.Filsafat
Ilmu Lanjutan.Jakarta:Kencana –Prana Media Group.
Sofyan,M.Si.Drs.Ayi.2010.Kapita
Selekta Filsafat.Bandung:CV.Pustaka Setia.
Drs.Surajiyo.2008.Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar.Jakarta:PT Bumi Aksara
Sumber internet:
http://filsafatrenedescartes.blogspot.com/
29-03-2013
[1][1]Ayi Sofyan.Kapita Selekta Filsafat.(Bandung:CV.Pustaka
Setia.2010),h.136
[4][4] Juhaya S Praja.Aliran-Aliran Filsafat & Etika (Jakarta
: Kencana-Prana Media.2008),h.95-96
[5][5] Ayi Sofyan.op cit,h.138
[7][7] Zainal Abidin.filsafat manusia Memahami Manusia Melalui
Filsafat (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2011),h.52-53
[8][8] Ayi Sofyan.log cit.
[10][10] Ibid.log cit.
[15][15] Ayi Sofyan.op cit.,h.137
[16][16]
Ibid..log cit.h.137
[19][19] Ayi Sofyan.op cit.h.139
Komentar
Posting Komentar