Editan Ta'lim buat baca baca
Konsep Belajar Dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim Ditinjau Dari Teori
Pendidikan Masa Kini (Modern)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL Halaman
NOTA KONSULTAN
PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah
B.
Perumusan
Masalah
C.
Tujuan
Dan Kegunaan
Penelitian
D.
Penegasan
Istilah
E.
Alasan
Pemilihan
Judul
F.
Metode
Penulisan Skripsi
G.
Sistematika
Pembahasan
BAB II
DESKRIPSI KITAB TA'LIM AL MUTA'ALLIM
A.
Sekilas
Tentang Kitab Ta'lim al
Muta'allim
B.
Tujuan
Dan Kedudukan Ta'lim al Muta'allim
C.
Kitab
Ta'lim al Muta'allim Sebagai Konsep Pendidikan Agama Islam
BAB III KONSEP KITAB TA'LIM AL MUTA'ALLIM TENTANG BELAJAR
A.
Konsep
Tentang Ilmu
B.
Konsep
Tentang Belajar
C.
Konsep
Tentang Guru
D.
Konsep
Tentang Murid
BAB IV RELEVANSI KONSEP TA'LIM AL MUTA'ALLIM DENGAN TEORI
PENDIDIKAN MASA KINI
A.
Konsep
Tujuan Pendidikan
B.
Komponen
Anak Dididik / Murid
C.
Komponen
Pendidik / Guru
D.
Komponen
Alat Pendidikan
E.
Komponen
Milieu / Lingkungan
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
C.
Penutup
KATA PENGANTAR
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ الَلَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Segala keluhuran puji dan kesadaran bersyukur hanya untuk Illah
semata, karena perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kemudian, selawat dan salam semoga selalu tersampailan kepada nabi
Muhammad saw. Yang selalu diharapkan syafa'atnya, tak lupa juga untuk para
sahabat, keluarga dan orang – orang yang mengikuti sunahnya.
Skripsi ini berjudul "KONSEP BELAJAR DALAM KITAB TA'LIMUL
MUTA'ALLIM DITINJAU DARI TEORI PENDIDIKAN MASA KINI (MODERN)". Disusun
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S-1)
.............................................................
Dengan selesainya skripsi ini penulis tidak lupa menuyampaikan
terima kasih atas segala bimbingan, dukungan do'a dan berbagai bantuan langsung
maupun tidak langsung kepada :
1. yang terhormat bapak
..........................................................;
2. yang terhormat bapak
.............................................................i;
3. yang terhormat ……………………
sebagai pembimbing dua yang telah membimbing dengan ikhlas kepada penulis;
4. yang penulis taati segenap
dosen ...................................................................;
5. yang penulis hormati kedua
orang tua yang dengan penuh ikhlas mengasuh selama ini;
6. semua pihak yang telah
menyumbangkan kemampuannya kepada penulis.
Kepada Allah
penulis meminta, semoga Dia berkenan menjadikan jasa mereka sebagai amalan yang
dapat dipetik kelak hari qiyamat. Semoga juga Allah menjadikan karya
tulis ini sebagai amalan yang beermanfaat.
Penulis
…………………………..
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Belajar sebagai kegiatan rutin siswa yang dapat kita saksikan
dilingkungan masing - masing. Mereka belajar tiap hari, ada yang ke
sekolah, surau, majelis ta'lim atau lembaga pendidikan lalin. Hal
itu terjadi menginat semakin majunya masyarakat.
"Semakin maju suatu masyarakat, semakin dirasakan pentingnya
sekolah dan pendidikan secara teratur bagi pertumbuhan dan pembinaan anak dan
generasi muda pada umumnya. (Zakiah Darajat,1980:9)
Selain itu agama pun memberikan dorongan terhadap umatnya untuk
mencari ilmu, nabi bersabda :
مَا مِنْ رَجُلٍ
يَسْلُكُ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا اِلاَّ سَهَّلَ اللهَ لَهُ بِهِ
طَرِيْقًا الِى الجنة
Artinya : "Dari Abi Hurairah ra. Berkata : nabi
bersabda : Tiada seseorang yang menempuh jalan untuk mencari ilmu kecuali Allah
memudahkan baginya jalan ke syurga … " (abu Daud,tt:jilid III:317)
Allahpun berfirman dalam surat Al Mujadilah ayat 11 :
يَرْفَعِ اللهُ
الَّذِيْنَ أَمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya : "Niscaya Allah akan meninggikan orang – orang yang
beriman diantara kamu dan orang – orang diberi pengetahuan beberapa
derajat." (Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir Al Quran,1411 H.:910)
Itulah beberapa seruan agar umat giat mencari ilmu dan masih banyak ayat
dan hadits serta ucapan ulama' yang menyerukan giat mencari ilmu.
Dorongan seperti itu menjadi motivasi umat untuk berusaha
mendapatkan ilmu dengan berbagai cara ; yang melalui sekolah dan luar sekolah,
sesuai dengan sistem pendidikan nasional. (DEPAG,1996:1)
Dorongan untuk selalu belajar tidak cukup bagi anak didik, melainkan
diperlukan usaha nyata. Dalam hal ini pemerintah melakukan perbaikan dan
peningkatan dalam pelayanan pendidikan dengan beberapa cara ; dengan penyediaan
sarana dan prasarana termasuk peningkatan mutu guru seperti yang dilakukan
Depdikbud ; mulai tahun 1996 / 1997, hanya merekrut lulusan S-1 baik untuk SLTP
atau SLTA. (Dedi Supriadi,1998:183). Itu adalah contoh usaha nyata dalam
lapangan pendidikan yang diharapkan dapat berhasil dalam pendidikan.
Namun, apakah usaha itu sudah cukup untuk menciptakan keberhasilan
dalam pendidikan ?. Prof. Van Bemmelan menjelaskan :
"Di kota Leiden tiap permulaan tahun pelajaran baru muncul
muka – muka baru yang angker, penuh kesungguhan, keberanian dan kepastian, tapi
pada akhir tahun antaranya kurang lebih 40 % karena satu atau alasan lain,
jatuh dari cita –citanya." (The Liang Gie,1998:9)
Masuk dalam lembaga pendidikan pun tidak mudah apa lagi perguruan
tinggi, sedang langkah untuk keluar dari gerbang dengan sukses pun tidak mudah,
itulah lukisannya tentang pernyataan Professor diatas. Banyak rintangan,
masalah dan kesulitan lain yang harus ditempuh dan diselesaikan oleh
pelajar.
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh C.C. Wrenn dan Reginald Bell menganai masalah
pokok dari mahasiswa mencatat tiga hal yang paling atas dari daftar 16 masalah
: 30 % mempunyai kebiasaan membaca lambat, 32 % tidak mengetahui ukuran –
ukuran buku dari tugas – tufas yang harus dipenuhi oleh mahasiswa., 50 %
menyatakan mengalami kesukaran dalam membagi dan mengatur waktu untuk belajar.
( The Liang Gie,1998:10)
Penelitian
lain yang dilakukan oleh Rosa L. Mooney dan Mary Alice Price menunjukkan hasil
:
a. Tidak
tahu cara belajar yang efektif, 37 % dari jumlah mahasiswa yang diteliti.
b. Tidak
dapat memusatkan perhatian, 31 %. ( Liang Gie,1998;10).
Dari beberapa penelitiandiatas dapat diambil kesimpulan, bahwa cara
belajar yang efektif masih belum dikuasai oleh pelajar bahkan belum tahu sama
sekali.
Permasalahan tentang kesulitan belajar tidak hanya menimpa zaman
sekarang saja, namun masa lampau juga hal tersebut diungkapkan oleh imam az
Zarnuji dalam mukaddimah kitab Ta'lim al-Muta'allim :
"…banyak sekali penuntut ilmu yang tekun tetapi tidak
bisa memetik kemanfaatan dan buahnya, yaitu mengamalkan dan
menyiarkannya, lantaran mereka salah jalan dan meninggalkan persyaratan
keharusannya. Padahal salah jalan itu akan tersesat dan gagal tujuannya baik
kecil maupun besar …" (Az Zarnuji,tt:3)
Itulah pernyataan imam Az Zarnuji yang dapat disimpulkan bahwa cara
belajar yang efektif masih belum dikuasai.
Belum dikuasainya belajar oleh pelajar pada saat itu yang kemudian
mendorong imam Az Zarnuji untuk menuliskan kitab yang menerangkan cara belajar
yang benar sehingga sukses dalam belajar dan mencapai cita – cita.
Setelah penulis mempelajari kitab Ta'lim Al-Muta'allim, maka ingin
untuk mengetahui relevansi kitab itu dengan teori pendidikan modern. Itulah
yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini sebagai kajian ilmiah di bidang
pendidikan agama Islam dengan judul : "KONSEP BELAJAR DALAM KITAB TA'LIM
al-MUTA'ALLIM DITINJAU DARI TEORI PENDIDIKAN MASA KINI (MODERN)".
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut dirumuskan permasalahan –
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah
kitab Ta'lim al Muta'allim mempunyai dasar – dasar konsep belajar dalam agama
Islam ;
2. Apakah
ada relevansi antara konsep belajar dalam kitab Ta'lim al Muta'allim dengan
teori – teori pendidikan masa kini.
C. Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk memperoleh jawaban dari
beberapa permasalahan diatas, yaitu ;
1. untuk
mengetahui bagaimana konsep belajar dalam kitab Ta'lim al Muta'allim ;
2. untuk
mengetahui apakah ada relevansi kitab Ta'lim al Muta'allim dengan teori
pendidikan modern.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai
sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
pendidikan agama Islam dan sekaligus sebagai penambah khasanah perpustakaan
perguruan tinggi.
D. Penegasan
Istilah
Agar tidak salah dalam memahami isi yang terkandung dalam skripsi
ini, lebih dahulu dijelaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul
skripsi tersebut :
KONSEP
BELAJAR
KITAB
TA'LIM AL MUTA-'ALLIM
DITINJAU
TEORI
PENDIDIKAN
MASA KINI
MODERN
|
: Ide atau pengertian yang abstrak dari peristiwa yang kongkret,
proses atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi
untuk memahami hal – hal lain
(Depdikbud,1990: ) dalam kamus lain
diartikan : Rancangan.
: Adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan. (Tabrani,1992:7)
Dalam Kamus diartikan : Usaha, berlatih untuk
mendapat pengetahuan. (Muh. Ali,tt:31)
Sehingga dapat diambil pengertian bahwa skripsi
ini membahas ide, rancangan belajar.
: Buku (M. Ali,tt:190)
Dapat diambil pengertian istilah ini menunjuk
pada bentuk dari buku yang akan dibahas.
: Adalah kitab (buku) karangan Syech Az Zarnuji bagi penuntut
ilmu tentang cara belajar.
: Memeriksa, memeriksai atau mempelajari (M. Ali,tt:552)
Mempunyai kesimpulan bahwa dalam skripsi ini
membahas cara belajar dalam kitab tersebut akan diperiksa, dipelajari dengan
cara tertentu yang akan dijelaskan dalam metode pembahasan nanti.
: Pendapat tentang cara – cara dan aturan – aturan melakukan
sesuatu. (M. Ali,tt:532)
: Proses pengubahan sikap atau tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
perbuatan, cara mendidik. (Depdikbud,1990:204)
: Zaman, waktu sekarang (M. Ali,tt:188,243)
: Yang terbaru, mutahir (M. Ali,tt:255)
|
Skripsi ini menelaah cara – cara belajar yang ada dalam kitab
Ta'lim al Muta'allim dengan cara membandingkan.
Adapun
yang dibuat dasar membandingkan adalah teori pendidikan saat ini. Sehingga
dapat ditemukan kesimpulan – kesimpulan dan pengetahuan baru.
E. Alasan Pemilihan Judul
Penulis
memilih judul diatas (Konsep Belajar Dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim Ditinjau
Dari Teori Pendidikan Masa Kini (Modern)) karena :
1. secara
subyektif ; penulis banyak mendengar bahwa : Ta'lim al Muta'allim sudah sangat
tidak relevan lagi untuk diterapkan bahkan untuk dibaca, maka penulis ingin
mempelajari sendiri dan memeriksanya.
2. secara
obyektif ; masih adanya permasalahan apakah cara – cara belajar saat dulu
(ketika kitab tersebut ditulis) masih relevan dengan saat ini.
F. Metode Penulisan
Guru
mendapat hasil yang baik dan memenuhi persyaratan, penulis menggunakan beberapa
metode, yaitu sebagai berikut
1. metode pengumpulan data
Guna mendapatkan daata yang dibutuhkan penulis memakai metode
library research (study kepustakaan). Penelitian ini menggali data dari bahan –
bahan tertulis (khususnya berupa teori – teori). (Tatang,1990:135) dalam
penulisan skripsi ini mengambil data dari dua sumber ;
a. sumber data utama,
diambil dari kitab Ta'lim al Muta'allim dan terjemahnya oelh Drs. Aliy As'ad ;
b. sumber data pendukung :
- Cara
Belajar Yang Efisien, oleh The Liang Gie.
- Prinsip
– Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, oleh Drs. Syahminan Zaini, dll.
2. Metode Analisis Data
a. Metode
Komparasi
Metode Komparasi dipakai karena terdapt dua pandangan dalam masalah
belajar, yaitu berasal dari masa lalu dan masa sekarang. Hal itu sesuai dengan
definisi tentang metode juga syarat komparasi.
Komparasi adalah "Membendingkan pandangan (dua atau lebih filsuf
atau aliran". (Sudarto,1996:61)
Dalam pandangan ini ditunjukkan kekuatan dan kelemahan masing –
masing pandangan, diberikan evaluasi, keterbatasan, relevansinya dangan
pendapat yang lain.
b. Metode
Induksi dan Deduksi
"Induksi adalah proses penalaran dari hal – hal yang bersifat
khusus ke hal – hal yang bersifat umum". (Sudarto,1996:43)
"Deduksi adalah proses penalaran dari hal – hal yang bersifat
umum ke hal – hal yang bersifata khusus". (Sudarto,1996:43)
Keduanya merupakan unsur dari metodologi penelitian filsafat.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Tiap –
tiap bab mempunyai bahasan dan cakupan tersendiri.
Bab satu memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, alasan pemilihan judul, metode
penulisan dan sistematika pembahasan.
Penulis mengkhususkan bab II pada bahasan mengenai deskripsi kitab
Ta'lim al Muta'allim yang cecara rimci sebagai berikut : mengenal sekilas tentang
Ta'lim al Muta'allim, tujuan dikarang dan kedudukannya dan kitab Ta'lim al
Muta'allim sebagai konsep pendidikan agama Islam
Bab III membahas tentang isi dari kitab Ta'lim al Muta'allim yang
terbagi dalam sub pokok bahasan : konsep tentang ilmu, konsep tentang belajar,
konsep tentang murid, konsep tentang guru.
Bab IV menguraikan tentang relevansi konsep kitab ta'lim al
Muta'allim dengan teori pendidikan masa kini yang meliputi konsep tentang ilmu,
konsep tentang belajar, konsep tentang murid, konsep tentang guru.
Ban V terdiri dari kesimpulan dan saran – saran. Kesimpulan sebagai
initi yang menyimpulkan pembahasan – pembahasan sebelumnya. Sedangkan saran –
saran merupakan uraian yang penting sebagai bahan masukan dari berbagai
permasalahan. Kemudian skripsi ini di akhiri dengan penutup.
BAB II
DESKRIPSI KITAB TA'LIM AL MUTA'ALLIM
A. Sekilas
Tantang Kitan Ta'lim al Muta'allim
Kitab Ta'lim al Muta'allim dikarang oleh Syaikh Az Zarnuji dengan
nama lengkap : تَعْلِيْمُ الْمُتَعَلِّمِ
فِى طَرِيْقِ التَّعَلُّمِ dan
sering dipotong dengan nama Ta'lim al Muta'allim.
Kitab Ta'lim al Muta'allim yang memuat petunjuk bagi penuntut ilmu
telah mendapat sambutan baik di kalangan pelajar maupun guru terutama di tanah
haram. (Ibrahim,tt:2) Terutama pada pemerintahan Murad Khan bin
Salim Khan, abad XIV M. (Aliy As'ad,tt:I).
Dalam kenyataannya kitab ini telah dikenal dikalangan pesantren.
Artinya tiap pesantren mengenalnya. (Aly As'ad,tt:I). Kitab tersebut selain
dapat dijumpai dengan bentuk Syarahan, juga dengan bentuk terjemahan.
Kitab ini memuat tiga belas fasal, yaitu :
Fasal tentang pengertian ilmu dan fiqh serta keutamaannya ;
Fasal tentang niat diwaktu belajar ;
Fasal tentang memlilih ilmu, guru, teman, dan mengenai ketabahan ;
Fasal tentang menghormati ilmu dan ulama' ;
Fasal tentang tekun, kontinuitas dan minat ;
Fasal tentang permulaan, ukuran dan tata tertib belajar ;
Fasal tentang tawakkal ;
Fasal tentang masa pendapatan hasil ilmu ;
Fasal tentang kasih sayang dan nasehat ;
Fasal tentang istifadah (mencari faidah) ;
Fasal tentang wara' di waktu belajar ;
Fasal tentang penyebab hafal dan lupa ;
Fasal tentang penghalang dan pendatang rezeki, serta pemanjang dan
pengurang umur. (Az Zarnuji,tt:4)
Itulah materi – materi yang termuat dalam kitab Ta'lim al
Muta'allim. Semua materi yang dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
mengenai ilmu, cara belajar, murid, dan guru.
B. Tujusn
Kitab Ta'lim al Muta'allim
Setelah melihat banyaknya para pelajar yang terlihat bersungguh –
sungguh dalam belajar namun belum mendapat hasil yang memuaskan (mengamalkan
dan menyiarkannya), maka dicari sebab kegagalan mereka itu. Menurut Imam Az
Zarnuji adalah mereka salah jalan dan meninggalkan syarat keberhasilan mencari
ilmu. (Az Zarnuji,tt:3).
Melihat keadaan seperti itu dan mengetahui penyebabnya, maka Imam
Az Zarnuji ingin menerangkan kepada pelajar saat itu jalan mencari ilmu.
Dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim tidak hanya cara belajar saja
diterangkan tapi guru pun menjadi satu bahasan didalamnya. Namun dalam membahas
guru tidak dibahas secara mendetail melainkan dimasukkan dalam bab memilih guru
(halaman 13). Hal ini mengingat guru sebagai figur sentral yang ditangannya
terletak kemungkinan keberhasilan dan pencapaian tujuan belajar. (Tabrani
R.1992:3). Namun Kitab Ta'lim al Muta'allim lebih mengarah pada akhlak, tata
krama ketika belajar. Namun dengan melaksanakannya dan menekuni akhlak yang
digariskan akan membawa kepada keberhasilan dalam mencapai ilmu.
Meskipun memuat adab, namun didalamnya memuat beberapa teknik
belajar, baik memilih ilmu, guru, teman dan hal – hal yang semstinya dilakukan
oleh pelajar.
Namun dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan paling depan adalah
agar para pelajar sukses dalam mencapai buah dan manfaat ilmu setelah
mengamalkan saran san teknik dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim.
C. Ktab
Ta'lim al Muta'allim Sebagai Konsep Pendidikan Agama Islam.
Islam sebagai agama yang diwahyukan Allah kepada nabi-Nya sebagai
rahmatal lil alamin. Dalam agama Islam terkandung dua potensi :
Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk
menjadi sosok pribadi yang berkualitas bajik dan menyandang derajat mulia
melebihi makhluk – makhluk lainnya.
Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai "Khalifah"
di muka bumi. (Arifin,1991:2)
Untuk memfungsikan potensi tersebut diperlukan suatu
usaha kependidikan yang sistematik.
Kalau masalah pendidikan tidak akan terlepas pada lima faktor
pendidikan yang saling terpaut, yaitu :
1. faktor
tujuan pendidikan ;
2. faktor
anak didik ;
3. faktor
pendidik ;
4. faktor
alat –alat ;
5. faktor
lingkungan ;
Kelima faktor itu haru berinteraksi atau di dayagunakan secara
bersama – sama. (Wasty Soemanto,tt:128).
Kitab Ta'lim al Muta'allim membahas faktor – faktor tersebut. Namun
dengan berdasarkan agama Islam dan digali dari sumber agama, yaitu hadis –
hadis rosulullah.
Melihat hal yang demikian, mak Kiab Ta'lim al Muta'allim merupakan
konsep pendidikan agama Islam sebagaimana pendapat Syahminan Zaini :
"Pendidikan Islami digali dari ajaran agam Islam
sendiri." (Syahminan Zaini,1986:1)
Tujuan pendidikan oleh Imam Az Zarnuji dimuat dalam bab dua, yang
berkenaan dengan anak didik dibahas pada bab 3, 5 dan enam.
Faktor guru dibahas pada bab 3, 4, masalah alat – alat pendidikan
dibahas pada bab 1, 3, dan 4. Faktor lingkungan dibahas pada bab 3 yaitu
masalah teman dan masyarakat sekitar.
BAB III
KONSEP KITAB TA'LIM AL MUTA'ALLIM
TENTANG BELAJAR
A. Konsep
Tentang Ilmu
Dalam menyusun kitabnya Imam Az Zarnuji tidak melupakan hakekat
tentang ilmu. Dalam menerangkan tentang hakekat ilmu beliau berkata :
"Sifat yang kalau dimiliki oleh seseorang, maka menjadi
jelaslah apa yang terlintas didalam pengertiannya." (Az Zarnuji,tt:9)
Yaitu sifat yang ada pada diri seseorang ; apabila disebutkan
tentang sesuatu, maka orang itu akan teringat tentang sesuatu yang telah
diketahui sebelumnya. Sebab antara menyebut ilmu berarti menyebut apa yang
telah diketahui, dari pengetahuan dapat keluar pengertian atau penjelasan
terhadap yang telah disodorkan padanya. (Ibrahim,tt:9)
Pembahasan tentang hakekat ilmu tidak diperluas, karena pembahasan
tentang mencari ilmu lebih penting agar para pelajar lebih mencurahkan
perhatian untuk mencarinya. (Ibrahim,tt;9)
Ilmu telah diwajibkan untuk dicari oleh kaum muslimin. Namun
terdapat perbedaan antara golongan satu dengan golongan lainnya tentang ilmu
mana yang wajib dipelajari bagi setiap muslim. (Al Ghozali,1989:1:25). Dalam
bahasan itu Imam Az Zarnuji membagi ilmu menjadi tiga :
1. Yang
wajib dipelajari ;
2. Yang
fardhu kifayah ;
3. Yang
haram dipelajari.
1. Ilmu
Yang Wajib Di Pelajari
Yaitu ilmu yang dapat menghantarkan pelaksanaan kewajiban.
Melaksanakan salat adalah kewajiban bagi setiap muslim, maka wajib pula
mempelajari ilmu tentang salat secukup dapat melaksanakannya. Seseorang yang
mempunyai kemampuan dalam melaksanakan haji, maka ia wajib mempelajari ilmu
tentang pelaksanaan haji. (Az Zarnuji,tt:4)
Selain itu mempelajari ilmu hal juga wajib. Pengertian dari ilmu
hal adalah ilmu dasar agama dan ilmu fiqih yang mengetahui tentang kafir, iman
dan pelaksanaan agama, seperti salat, zakat dan puasa. (Ibrahim,tt,4)
Mempelajari ilmu gerak hati seperti tawakkal, inabah, khasyah dan
ridla dengan hukum dan qodlo Allah karena ilmu itu selalu terpakai dalam setiap
keadaan. (Az Zarnuji,tt:5)
2. Ilmu
Yang Berhukum Fardlu Kifayah
Mempelajari ilmu yang dipentingkan dalam saat – saat tertentu
adalah berhukum kifayah ; apabila sebagian dari sebagian
masyarakat dalam suatu daerah telah menguasai, maka yang lain tidak
berkewajiban mempelajarinya. Jika dalam wilayah itu tidak ada yang mempelajairinya,
maka pemimpin diwilayah itu wajib memerintahkan warganya untuk belajar. (Az
Zarnuji,tt:8) Seperti kedokteran, perhitungan, keduanya hanya terpakai dalam
keadaan tertentu saja.
3. Ilmu
Yang Haram Di Pelajari
Mempelajari ilmu nujum untuk mengetahui dan mengelak dari taqdir
Allah adalah haram. (Az Zarnuji,tt:8). Karena menghindar dari taqdir-Nya adalah
tidak mungkin. Belajar ilmu tersebut menyia – nyiakan umur dan waktu.
(Ibrahim,tt:8)
Menurut keterangan Imam Ghozali dilarangnya mempelajari ilmu nujum
karena bisa mnyebabkan lupa kepada-Nya. Karena menurut sebagian kepercayaan
ilmu nujum berasal dari kepercayaan yang mempercayai bahwa bintang – bintang
dilangit mempunyai pengaruh pada diri (jiwa) manusia yang ada di bumi sehingga
membuat hati goncang karena mempercayai jalannya bintang tadi.
Selain itu termasuk mempelajari ilmu yang tidak ada guna dan
memberi manfaat, sedangkan mempelajari ilmu yang tidak berguna termasuk
tercela. (Al Ghozali,1989:42)
Setelah menjelaskan hukum tentang mempelajari ilmu, Imam Az Zarnuji
menerangkan tentang keutamaan ilmu. Ilmu mempunyai keunggulan :
1. Ilmu
hanya dimiliki oleh manusia, keunggulan manusia dibanding dengan binatang
karena mempunyai ilmu juga sanggup menduduki diatas para malaikat.
2. Gubahan
Syi'ir oleh Muhammad Ibnu Hasan Bin Abdullah :
"Tuntutlah ilmu, sungguh dia'kan menghias dirimu, dia
perlebihan dan pertanda segala pujaan."
"Faqih wara' satu, sungguh – sungguh lebih berat syetan
mengganggu, ketimbang 'Abid seribu." (AliyAs'ad,tt:6)
B. Konsep
Belajar
Imam Az Zarnuji menguraikan beberapa hal tentang cara belajar :
1. Niat
Belajar adalah dasar dari pada amal. Menurut pendapat Abu Hanifah, hukum dan
balasan terhadap amal perbuatan tergantung niatnya. (Ibrahim,tt:10). Dalam
sabda Rasulullah dijelaskan :
اِنَّمَا
اْلاَ عْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
Artinya : "Hanya saja amal – amal perbuatan terserah niat –
niatnya." (Bukhari,tt:6)
Untuk itulah Imam Az Zarnuji menyarankan bagi pelajar untuk berniat
mencari ridla Allah dan pahal di akhirat kelak. Selain itu hendaklah
berniat :
1. Menghilangkan kebodohan dairi
dan kaum bodoh ;
2. Menghidupkan agam karena
tegaknya Islam dengan ilmu ;
3. Mensyukuri nikmat akal dan
lesehatan badan.
Jangan sampai belajar diniati untuk mencari pangkat atau mencari
dunia. (Az Zarnuji,tt:10)
Belajar adalah perintah agama Islam, maka pelajar dalam menjalani
ketaatan kepada Allah. Orang yang taat karena Allah (akhirat), maka akan
ditolng melalui :
1. Memberinya perasaan selalu
kaya (qonaah) dalam hatinya ;
2. Mengkokohkan persatuaanya ;
3. Memberinya kekayaan dunia.
Orang yang taat karena dunia, Allah akan menjadikan :
1. Kefakiran selalu terbayang di
matanya ;
2. Memecah belah persatuannya ;
3. Tidak menambah dunia kecuali
yang sudah dipastikan padanya. (H. Choiron Ch.,1987:42)
Berarti niat mempunyai peranan penting dalam perbuatan, maka
pelajar sudah sewajarnya menata niat dan diarahkan. Salah satu niat yang baik
adalah mencari ridla Allah. Saran Imam Az Zarnuji yang lain tentang niat adalah
di tulis pada bab II halaman 10.
Cita – cita adalah tujuan yang akan dicapai oleh orang yang
nantinya akan diperjuangkan, maka hendaklah pelajar diarahkan pada suatu cita –
cita tertentu. (The Liang Gie,1988:17). Maka cita – cita yang utama bagi
seorang muslim adalah pengabdian pada yang kuasa ; Allah swt. Sebagaimana
firman-Nya dimaktub dalam surat al Bayyinah : 5
وَمَا~ اُمِرُوْا ~اِلاَّ
لِيَعْبُدُ اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ حُنَفَا~ءَ ....( البينة
: 5 )
Terjemah : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kapada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus. (Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir al Quran,1991:1084)
Selain itu dengan adanya cita – cita dalam diri pelajar, ini akan
membentuk suatu sikap rohani tertentu sehingga menjadi landasan utama bagi
pelajar. (The Liang Gie,1988:17)
Maka, niat atau tujuan menjadi bagian dari belajar tidak dipandang
secara remeh sehingga baik masa lalu atau masa sekarang, menempatkan tujuan
tingkat pertam yang nantinya menjadi motivasi / dorongan dalam proses belajar
sebagaimana dikemukakan oleh Dollar dan Miller, bahwa keaktifan belajar
dipengaruhi oleh empat hal yaitu :
- adanya
motivasi peserta didik menghendaki sesuatu ;
- adanya
perhatian dan tahu sasaran peserta didik memperhatikan sesuatu ;
- adanya
usaha peserta didik melakukan sesuatu ;
- adanya
evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) peserta didik. (Tabrani
R.,1992:19)
Dari sini dapat diambil kesimppulan betapa pentingnya niat dan
motivasi dalam belajar yang nantinya menjadi landasan utama dalam mencapai cita
– cita. Alangkah baiknya pada hari pertama, hari mulai kegiatan belajar setiap
orang tua dan guru memberikan pengarahn tentang motivasi dan niat, kalau perlu
menjadikan suatu kewajiban. Sehingga para pelajar terhindar dari kejatuhan
sebagaiman digambarkan oleh Prof. Van Bemmelen di depan (bab I).
2. Teknik
Belajar
Sebagai petunjuk dalam belajar Imam Az Zarnuji memberikan beberapa
cara yang dapat menunjang dalam keberhasilan belajar.
a. Seorang
pelajar jangan sampai meninggalkan sesuatu kitab sampai sempurna dipelajari.
(Az Zarnuji,tt:15). Termasuk juga mempelajari pengetahuan jangan berpindah
sebelum menguasai.
Dalam suatu buku diceritakan, bahwa Ibnu Sina, tokoh dan ilmuwan
muslim, saat mempelajari karya Aristoteles sebanyak 40 kali baca belum dapat
memahaminya. Setelah merasa belum mampu juga keluarlah beliau dari rumahnya.
Dalam perjalanan itu dijumpainya penjaja buku yang menawarkan buku kepadanya.
Dibelinya buku sebuah buku yang lusuh kemudian diketahui sebagai karya Al
Faraby, setelah membaca buku itu baru Ibnu Sina memahami buku Aristoteles yang
belum difahaminya tadi. Dari sini dapat dilihat kesabaran ulama' zaman dahulu
mempelajari suatu kitab.
Selain adanya kesiapan mental dalam membaca tak lupa juga harus
memperhatikan teknik dan kebiasaan, anjuran guna mendapatkan hasil yang optimal
dalam membeca / mempelajari buku. Suatu metode yang disusun setelah mengadakan
percobaan bertahun – tahun oleh Professor Perancis P. Robinson yang disebut
metode Survey Q3R :
1. Survey (menyelidiki)
Sebelum membaca suatu bab dari buku, setiap pelajar seharusnya
melakukan penyelidikan lebih dahulu, guna mendapatkan gambaran tentang apa yang
diuraikan dalam bab tersebut. Hal tersebut dijalankan dengan membaca kalimat –
kalimat permulaan bab itu dengan waktu tak lebih dari satu menit. Dengan
mempunyai gambaran pokok pelajar dapat membaca dengan lebih cepat dan pokok –
pokok itu dapat dihubungkan satu dengan lainnya.
2. Question (bertanya)
Setelah melakukan penyelidikan, maka pembaca mengajukan pertanyaan
dengan mengubah kalimat pertama dalam bab itu menjadi pertanyaan. Dengan jalan
bertanya itu akan memperbesar pengertian tentang pelajaran yang dibaca itu,
karena hal – hal yang penting menjadi lebih tampak.
3. Read (membaca)
Setelah melakukan dua langkah permulaan tersebut, baru boleh
membaca buku tersebut. Membaca ini adalah langkah aktif guna memberi jawaban
dari pertanyaan di depan tadi.
4. Recite (mengucapkan kembali)
Setelah membaca suatu bagian yang memuat jawaban atas sesuatu
pertanyaan, jawaban itu diucapkan kembali. Menurut Prof. Robinson adalah dengan
menuliskan jawaban. Setiap menulis jawaban ditulis dalam bentuk garis besar,
itulah bentuk recite yang terbaik.
5. Review (mengulangi)
Setelah membaca bab diselesaikan, secepatnya mengulang apa yang
baru saja dibacanya denga memeriksa kembali kertas catatannya. Jawaban garis
besar itu dibaca sepintas lalu sehingga mendapat gambaran yang lebih jelas
mengenai pokok – pokok yang diuraikan dalam bab itu. Dengan demikian diketahui
hubungan satu dengan lainnya dengan jelas pula. Dengan berlatih yang demikian
secara rutin sehingga menjadi kebiasaan yang baik.
Selain metode diatas, nasih ada metode lain yang pokok intinya sama
dengan Survey Q3R yaitu PQRST. Merupakan
singkatan dari Preview, Question, Read, State dan Test. Metode ini tawaran dari
Dr. Thomas F. Staton. (The Liang Gie,1988:95-97)
Dalam pengertian ini, jangan ada pelajar yang menurutkan kemauannya
sendiri dengan berpindah dari satu jurusan ke jurusan yang lain, dengan alasan
karena tidak suka saja, atau mempunyai anggapan, bahwa dengan berpindah jurusan
akan dapat ditemukan bakat, tujuannya.
Cara belajar yang demikian selain tidak membuahkan hasil juga
menghabiskan biaya hanya menuruti ketidak matangan dalam menentukan pilihan. Jika
pelajra, mahasiswa dalam menentukan pilihan tidak sesuai dengan harapan, maka
pandang dengan rasa optimis, nanti akan berhasil.
Guna mempunyai kemauan selalu untuk mempelajari buku atau jurusan,
maka minat tetap dijaga dan kesadaran akan faedah pelajaran tersebut terhadap
diri sendiri, umumnya pelajar tidak minat terhadapp pengetahuan karena tidak
tahu faedahnya. (The Liang Gie,1988:21)
Dapat diambil kesimpulan bahwa guna menumbuhkan minat terhadap
suatu pelajaran dan mempunyai daya tahan yang lama, perlu dipupuk rasa
kesadaran akan pentingnya ilmu tersebut (yang akan dipelajari) bagi kehidupan
baik sekarang maupun nantinya.
Antara The Liang Gie dan Imam Az Zarnnuji, bahwa belajar perlu
ketabahan untuk menekunni ilmu, kitab, jurusan atau apapun agar berhasil. Ada
Syi'ir dari Imam Asy Syafi'iy :
تَمَنَّيْتَ
اَنْ تُمْسِي فَقِيْهًا مُنَاظِرًا - بِغَيْرِ
عَنَاءٍ وَالْجُنُوْنُ فُنُوْنُ
"Kau idamkan menjadi faqih penganalisa, padahal tak mau
sengsara, macam – macam sajalah penyakit orang gila itu." (Aliy As'ad,tt:32)
b. Jangan
sampai pindah daerah kecuali terpaksa. Hal ini bisa membuat urusan kacau dan
hati tidak tenang dan bisa melukai perasaan guru. (Az Zarnuji,tt:15)
c. Sebaiknya
pelajar selalu mengekang hawa nafsunya dengan kesabaran. Ada sebuah syair :
"Hawa nafsu adalah hina, tiap jajahan nafsu, berarti
kalahan si hina." (Az Zarnuji, tt:15)
d. Memilih Teman
Pelajar tidak akan lepas dari pergaulan dan teman sebaya. Bahkan
setelah mengenal dunia pergaulan teman lebih didengar dari orang tua sendiri.
Untuk itu dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim pelajar hendaklah mencari teman yang
mempunyai sifat :
-
Tekun -
Jujur
-
Wara' -
Mudah memahami masalah
dan menjauhi teman yang bertabiat pemalas, penganggur, banyak
bicara, suka mengacau dan gemar memfitnah. (Az Zarnuji,tt:15)
Imam Az Zarnuji tidak mengsampingkan peranan, akibat pergaulan
sesama teman dengan memberikan bahasan dalam kitabnya. Sebab akhlak tidak saja
tumbuh dari belajar, namun bisa juga dari pergaulan keluarga, masyarakat.
Pergaulan itu akan terserap dalam kepribadian anak. (Zakiah D.,1980:11)
Dalam bahasan ini juga dikutip beberapa syair yang terjemahannya
sebagai berikut :
"Jangan bertanya siapa dia ?, cukuplah kau tahu 'oh itu
temannya. Karena siapapun dia, mesti berwatak seperti temannya."
"Bila kawannya durhaka, singkirilah dia serta merta, bila
bagus budinya, rangkullah dia, berbahagia."
(Az Zarnuji,tt:15).(Terjemah,Aliy As'ad,tt:20)
Dalam halaman berikutnya ditulis juga syair yang terjemahannya
sebagai berikut :
- Teman
yang durhaka lebih berbisa dari ular yang berbahaya. Demi Allah Yang Maha
Tinggi, Nan Maha Suci.
- Teman
buruk, membawamu ke neraka Jahim. Teman bagus, mengajakmu kesyurga Na'im. (Az
Zarnuji,tt:16)
Pelajar sudah seharusnya memperhatikan lingkungan pergaulan
terutama teman, bagaimana jua itu akan mempengaruhi diri pelajar.
e. Mengulang pelajaran
Pelajar hendaklah tidak menyia – nyiakan waktu, kesempatan saat
muda dalam mencari ilmu. Selain itu ada kesanggupan mengulang setiap saat. (Az
Zarnuji,tt:22). Selain itu ada waktu yang terbaik untuk mengulang pelajaran
yaitu waktu sahur. Baggi seorang ahli fiqih maka ia lebih baik dalam keadaan
sibuk dengan ilmunya. (Az Zarnuji,tt:25)
Tentang permulaan hari belajar Imam Az Zarnuji mengikuti jejak
Syaikh Burhanuddin yang biasanya memulai pengajianny pada hari rabu. Selain tiu
ada hadits bahwa sesuatu yang dimulai pada hari rabu akan menjadi sempurna. (Az
Zarnuji,tt:28)
f. Memulai Materi
Hendaklah pelajar memulai pelajaran, dengan pelajaran yang mudah
difahami dan dihafal. (Az Zarnuji,tt:28). Dengan memulai pelajaran yang mudah
dihafal bagi pemula akan lebih bersemangat untuk melanjutkan pelajaran karena
merasa berhasil dalam memahami pelajaran.
g. Panjang Pelajaran
Panjang pelajaran yang dipelajari adalah sepanjang kadar
kemampuannya, Syaikh Qodli Imam Umar bin Abu Bakar Az Zanji berkata :
"Guru – guru kami berkata, sebaiknya bagi orang yang baru
belajar, mengambil pelajaran sepanjang yang kira – kira dihafalkan dengan faham
setelah diajarkan dua kali berulang. Kemudian tiap hari ditambah sedikit demi
sedikit sehingga setelah banyak dan panjangpun masih tetap dapat menghafal
dengan faham pula setelah diulang dua kali. Demikianlah lambat laun stepak demi
setapak apabila pelajaran pertama yang dikaji itu terlalu panjang sehingga
pelajar memerlukan diulanginya sepuluh kali, maka untuk seterusnya sampai yang
terakhir pun begitu. Karena hal itu menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan
kecuali dengan susah payah." (Az Zarnuji,tt:28).(Terjemahan Aliy
As'ad,tt;46)
h. Membuat Catatan Sendiri
Tidak dapat dikesampingkan oleh pelajar adalah membuat catatan sebagai
bahan untuk mengulang, mempelajari pelajaran. Catatan harus dibuat dengan
sebaik- baiknya dan mudah dipelajari, karena catatan yang kurang bagus akan
membuat otak tumpul. (Az Zarnuji,tt:29)
Catatan yang terbaik adalah yang telah dimengerti oleh otak,
diorganisir dalam kepala dan kemudian dituliskan diatas kertas dalam bentuk
garis besar. Bagi mahasiswa untuk menyusun catatan kuliah ada beberapa langkah.
Langkah pertama ialah berusaha mengerti uraian dosen dengan sepenuhnya.
Pandangan ditujukan kearah dosen yang sedang berbicara, sehingga mata juga ikut
membuat penangkapan disamping telinga sehingga betul – betul pasti. Kemudian
setelah masuk ke kepala, otak bekerja membedakan mana yang penting dan tidak.
Untuk membantu otak membedakan mana yang perlu dicatat dan tidak, maka
memperhatikan dosen denganseksama adalah perlu. Biasanya hal – hal penting
sering diulang dan dengan menggerakkan tangan. Demikian tiap dosen mempunyai
kebiasaan untuk menyatakan hal – hal yang penting, misalnya dengan mengatakan "Ingatlah
! perlu kalian ketahui". Pada umumnya yang penting adalah
pokok pikiran atau dalil – dalil. (The Liang Gie,1988:88)
Kemudian mengelola hal yang penting itu dalam kepala. Uraian –
uraian tadi yang penting di organisir dan dihubungkan satu dengan lainnya dan
disusun kalimat – kalimat yang pendek. Setelah itu hasil olahan dicatat dalam
garis besar dan dinyatakan dengan angka dan abjad untuk melukiskan hubungan
antara kalimat satu dengan lainnya.
Contoh : I ………………….
A. …………….
1.……………
2.…………...
B. …………….
II. ……………
III. …………... (The Liang Gie,1988:89)
Itulah beberapa cara tentang membuat catatan.
i. Selalu Berusaha
Memahami Pelajaran
Pelajar sebaiknya mencurahkan
perhatian dan segala daya untuk memahami pelajaran sang guru atau dengan
mengangan – angannya sendiri. (Az Zarnuji,tt:29)
Kadang ada pelajar tidak faham dengan pelajaran saat diterangkan,
namun setelah sampai ditempat kediaman ia baru memahami pelajaran. Maka, sudah
sepatutnya pelajar selalu mengangnan pelajarannya.
j. Cara Menghafal
Pelajaran hari ini diulang lima kali, kemarin diulang empat kali,
kemarin lusa tiga kali, sebelum itu dua kali, sebelumnya lagi sekali.
Dalam mengulang pelajaran jangan terlalu pelan – pelan lebih baik
dengan suara keras, tapi jangan terlalu keras juga. (Az Zarnuji,tt:34)
Pada dasarnya metode menghafal dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1. Menghafal dengan melalui
pandangan mata saja. Bahan pelajaran itu dipandang atau dibaca dalam batin
dengan penuh perhatian dan otak bekerja untuk mengingat – ingat ;
2. Menghafal dengan melalui
pendengaran telinga. Dalam hal ini bahan pelajaran deibaca dengan keras dan
dimasukkan ke telinga untuk disimpan dalam kepala ;
3. menghafal dengan melalui
gerak tangan, yaitu dengan jalan menulis – nulis diatas kertas dengan jari –
jari atau pensil.
Metode yang terbaik untuk menghafal adalah tergantung pada bahan
itu. Kalau metode itu dipakai pada jenis bahan pelajaran yang semestinya tentu
akan mendapatkan hal yang memuaskan, yaitu :
- Bahan
memerlukan pengertian yang dalam hendaklah dihafal dengan cara penglihatan ;
- Untuk
bahan yang berupa definisi atau berupa pikiran pokok maka diperlukan suara
keras. Suara itu akan berkumandang dalam pikiran sehinga nanti sewaktu
diperlukan dapat diucapkan dengan tepat ;
- Materi
yang berupa gambar grafik atau apapun yang tidak berupa kata lebih tepat
dihafal dengan menggerakka, menuliskan tangan. Sebaiknya memakai pensil yang
kalau ada kesalahan dapat diketahui.
Hal – hal lain yang akan membantu mempermudah, mempercepat hafalan
sebaiknya selalu diusahakan oleh pelajar. Misalnya untuk mengingat serentetan
nama atau istilah dapat digunakan suatu singkatan atau alat assosiasi. Contoh :
Adam, Nuh, Musa, Isa, Muhamad, nama nabi itu dapat disingkat ANIMIM. Dengan
seketika semuanya akan teringat. (The Liang Gie,tt:135-137)
k. Bagi Pelajar Fiqih (fak
husus)
Bagi pelajar fiqih dianjurkan untuk menguasai sesuatu kitab fiqih
diluar kapala. Hal ini akan sangat membantu untuk mempelajari fiqih
selanjutnya, begitu juga untuk mendalami suatu pelajaran tertentu. (Az
Zarnuji,tt:34)
l. Menghindari
kepanikan
Menuntut ilmu tidak selamanya lancar tanpa halangan atau aral
hambatan. Hambatan yang datang tidak saja dalam menghadapi ujian atau keuangan.
Namun banyak juga bersumber dari arah lain. Bagi seorang pelajar menghindari
hal – hal yang membuat dirinya panik adalah sangat dianjurkan.
Kepanikan akan membuat permasalahan kacau balau dan kegagalan.
Untuk itu pelajar mempersiapkan diri untuk siap menghadapi segala kemungkinan.
Untuk mencegah kepanikan tersebut seorang pelajar paling tidak mencari
informasi tentang pelajaran yang akan ditempuhnya. (The Liang Gie,1988:19)
Syaikh Islam Burhanuddin berucap :
"Sesungguhnya saya dapat melebihi teman – temanku adalah
karena selama belajar tidak merasa panik, kendor dan kacau." (Az
Zarnuji,tt:34/Aliy As'ad,tt:60)
C. Konsep
Tentang Guru
Guru yang dalam bahasa jawa sering di artikan sebagai orang yang
bisa digugu dan ditiru, baik ilmu atau kepribadiannya. Selain harus memenuhi
beberapa syarat guru harus mempunyai kepribadian. Kepribadian itu
yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik yang sejati (baik) bagi anak
didiknya atau akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak
didiknya itu. (Zakiah D.,1980:16)
Disamping guru memenuhi syarat menguasai ilmu (Wasti S.,tt;146)
atau orang dewasa yang professional, ahli transfer of knowledge, namun juga
sebagai pemimpin dan pendidik. (Arifin,tt:163). Untuk itu Imam Az Zarnuji
memberikan konsep tentang guru. Guru adalah harus berusia tua. (Az
Zarnuji,tt;13). Dengan demikian tugas guru sebagai orang dewasa lebih
tertunjang, baik itu ilmu atau pengalamannya. Karena itu, guru akan
memperhatikan beberapa unsur tentang belajar yang
berkenaan dengan dirinya :
1. Kegairahan
dan Kesediaan untuk Belajar
Seorang guru telah berpegalaman tidak berusaha mendorong peserta
didiknya untuk mempelajari sesuatu diluar kemampuannya dan tidak memompakan
keotaknya pengetahuan yang tidak sesuai dengan kematangannya atau tidak sejalan
dengan pengalaman yang lalu, atau memakai metode yang tidak sesuai dengan
mereka. Guru akan selalu memperhatikan keadaan suasana jiwa mereka.
2. Membangkitkan
Minat Murid
Guru harus menjaga aturan kelas dan menjadikan siswa bergairah
menerima pelajaran. Dia juga mengarahkan kelakuan mereka kepada yang baik yang
diinginkan. Dengan suka rela dan atas kemauan sendiri bekerja dan bergerak.
Jalan untuk itu adalah membangkitkan minat murid dengan berusaha memenuhi
kebutuhan mereka, memelihara bakat mereka serta mengarahkan pada yang benar.
3. Menumbuhkan
Sikap dan Bakat
Banyak macam kegiatan yang dilakukan anak didik dalam belajar,
membangkitkan minat dan keperluannya, pembentukan bakat dan sikap, yang menjadi
bagian dari kepribadian mereka, maka perlu dibangkitkan bakat dan sikap yang
baik. Salah satu cara adalah memberikan dorongan dan pujian. Adapun kekerasan
dan kegagalan melemahkan semangat. (Frederik Kuder,1984:22).
4. Mengatur
Proses Belajar – Mengajar
Mengatur pengalaman belajar serta kegiatan yang berhubungan dengannya,
adalah faktor utama dalam berhasilnya proses belajar, karena ia memudahkan
murid untuk memperoleh pengalaman tersebut dan dalam memanfaatkannya.
Pengaturan itu terjadi dengan menghubungkan unsur – unsur pelajaran dengan
keperluan murid, dan menjadikannya kesatuan yang terpadu yang berkisar pada
masalah yang menjadi perhatian mereka. Dengan demikian pelajaran ilmu menjadi
lebih bermakna. Karena belajar didasarkan pada pengalaman yang sudah dimiliki.
(Tabrani R.,1992:84)
5. Pemindahan
Pengaruh Belajar dan Penerapannya dalam kehidupan umum.
Sebagaimana telah dikenal, diketahui sekolah adalah
lembaga yang mempersiapkan generasi muda untuk kehidupan di masyarakat luar.
Dengan begitu sekolah dituntut melakukan persiapan suasan pengajaran yang nantinya
dapat dipergunakan dalam kehidupan di luar. Untuk itu perlu pengalaman yang
dipindahkan dari mesyarakat ke generasi muda. Untuk itu adanya pengalaman yang
mana harus diberikan kepada mereka yang dengan pengalamannya menghadapi situasi
baru. Berarti akan berpindah pengaruh apa yang telah mereka pelajari dari
suasana sekolahnya kesemua lapangan hidup.
Perpindahan pengaruh belajar untuk menghadapi situasi baru dalam
hidup harus memenuhi syarat :
a. Adanya persamaan
antara suasana pengajaran disekolah dengan suasana kehidupan diluar sekolah ;
b. Anak didik
mengenal persamaan tersebut ;
c. Agar suasan
pengajaran toleran dan lemah lembut ;
(Zakiah D.,1980:41)
6. Hubungan
Manusiawi Dalam Situasi Pengajaran.
Penolakan atau kegairahan anak pada pengajaran tak lepas dari
hubungan dia dan guru atau sesama anak didik sendiri. Kemungkinan guru keras,
otoriter dan kasar, serta menggunakan cara yang tidak tepat dalam pengajaran
atau mengancam, menghina dan tidak mendorong. Maka sebagai akibat dari yang
demikian anak didik akan menjauh dari padanya dan tidak menerima pelajarannya.
Apabila kegairahan peserta didik tergantung pada hubungan antara
guru dan mereka, maka sebaiknya guru mengenal sifat – sifat yang dimiliki menjadikan
hubungan keduanya semakin baik, seperti :
- suka
bekerja sama ;
- penyayang
;
- menghargai
kepribadian anak dan sebagainya.
Dengan demikian hubungan guru dan peserta didik, murid adalah unsur
yang penting dalam proses balajar nantinya. Selain itu menjadi ringan beban
guru dibanding dengan kelas lain yang tidak serasi. (Zakiah D.,1980:44)
Guru menurut Imam Az Zarnuji harus mempunyai ilmu yang utuh dan
berkualitas. (Az Zarnuji,tt:13). Dalam praktiknya memang sangat dibutuhkan guru
yang benar – benar mumpuni. Guna meningkatkan kualitas guru telah dan sudah
dilakukan banyak pihak, terutama pemerintah dengan menentukan kualifikasi
pendidikan guru baik dengan hanya menerima guru lulusan S-1 untuk SLTP. (Dedi
Supriadi,1986:111)
Setelah memilih guru dengan kualifikasi tentang ilmu yang
dimilikinya, maka sekarang harus mempedulikan akhlaknya.
Seorang guru harus memiliki sifat wara' ; menjaga diri dari hal –
hal yang diharamkan oleh Allah. (Az Zarnuji,tt:13)
Persyaratan tentang wara' ini disamping menjaga akhlak guru itu,
juga menjaga mental dari anak didik sendiri. Sebagai contoh di dalam Kitab
Fathul Karim Al Manan pada halaman 11 dijelaskan beberapa tata krama seorang
guru dan syarat pengajar al Quran, yaitu :
- muslim
;
- baligh
dan berakal ;
- dapat
dipercaya ; membersihkan diri dari hal yang menyebabkan fasik ;
- membaca
al Qran dengan suara yang bisa didengar ;
- ikhlas
karena Allah dan tidak mengharap sesuatupun dari urusan dunia ;
- zuhud
dunia ;
- dermawan
;
- bijaksana
;
- sabar
;
- dengan
wajah yang berseri ;
- selalu
dalam keadaan wara' ;
- khusyu'
;
- tawaddu'
;
- menjaga
diri dari riya', hasad, dan ujub.
Itulah contoh tata krama dan syarat bagi guru yang sepintas kita
lihat tidak mudah dan mungkin hanya menjadi gagasan yang sulit untuk
dilaksanakan namun itu adalah syarat yang nanti dimiliki oleh guru dalam
menjalankan tugasnya dilapangan.
Tentang sikap wara' yang harus dimiliki guru saat ini diatur dalam
kode etik bagi seorang guru. Pada tahun 1925 telah disusun suatu kode etik bagi
guru olehNational Education Association yang meliputi :
- hubungan
guru dengan anak didik dan keluarga ;
- guru
dengan soal – soal kenegaraan ;
- guru
dengan jabatan
Pelanggaran terhadap kode etik yang berlaku merupakan perbuatan
yang mengurangi nilai seseorang dalam jabatannya. Sebagai contoh, yang
berkaitan dengan jabatan, bahwa seorang guru tidak boleh melamar jabatan atau
pekerjaan yang masih dipegang oleh guru lain, bahwa suatu kontrak yang telah
ditandatangani harus dipenuhi sampai selesai.
Sebagai seorang guru tidak hanya dituntut memenuhi peraturan itu
dan ini, namun juga dituntut memiliki kasih sayang. (Az Zarnuji,tt:36). Karena
bagaimanapun pendidikan adalah hubungan timbal balik sesama manusia, maka bagi
guru harus memiliki kasih sayang kepada anak didiknya. Memang dasar pendidikan
adalah kasih sayang yang tulus. (Dedi Supriadi,1989:9). Kemudian keluar gagasanhumanistic
education yang menganggap bahwa guru dan anak didik adalah sejajar dan
sebagai relasi. (Tabrani R.,1991:181)
D. Konsep Tentang Murid
Secara ringkas dapat dikatakan bagaimana cara yang mesti ditempuh
oleh pelajar agar berhasil mencapai cita – cita dan apa yang mesti diperbuat,
tekuni guna meraihnya :
1. Mempunyai
rasa untuk mengagungkan ilmu, karena guna mencapai ilmu perlu diagungkannya.
Pengagungan ilmu berarti juga mengagungkan ahli ilmu, yaitu guru atau pengajar.
Tidk menghormati (menghargai ilmu) maka akan gugurlah ilmu itu. Dalam kitab itu
dituturkan bahwa tidak akan kufur orang yang telah melakukan maksiat namun
orang dapat kufur lantaran tidak menghormati Allah. (Az Zarnuji,tt:16)
2. Mengagungkan
guru, termasuk menghormati ilmu adalah menghormati guru. Sahabat Ali berkata
:"Sayalah menjadi hamba orang yang telah megajariku satu huruf. Terserah
padanya, saya mau dijual, dimerdekakan ataupun tetap dijadikan
hambanya." Dituliskan
sebuah Syi'ir : "Keyakinanku tentang hak guru, hak paling hak adalah itu,
paling wajib dipelihara, oleh sesama muslim seluruhnya. Demi memulyakan, haiah
berhak dihaturkan seharga seribu, tuk mengajar satu huruf." (Az
Zarnuji,tt:16). Memang benar jika seorang guru mengajar dalam urusan agama,
maka ia berarti bapak dalam kehidupan agama. Dari Imam Asy Syairozi :
"Bagi orang yang ingin agar puteranya alim, hendaklah suka memelihara,
memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli
agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiahnya. Kalau toh ternyata bukan
puteranya yang alim, maka cucunya nanti." (Aliy As'ad,tt:23) / (Az
Zarnuji,tt:17).
Termasuk menghormati guru, yaitu janganlah duduk ditempatnya,
memulai mengajak bicara kecuali atas perkenannya, menanyakan hal – hal yang
membosankan yang pada intinya membuat mereka rela.
Menghormati
putera guru adalah termasuk menghargai guru juga. Barang siapa yang melukai
hati gurunya maka tertutuplah berkah lmunya.
3. Memulyakan
Kitab
Termasuk menghargai ilmu yaitu memulyakan kitab. Karena itu,
sebaiknya pelajar jika mengambilnya dalam keadaan suci. Hikayat, Syaikh Al
Khuwaini berkata : "Hanyasanya saya dapati ilmuku ini adalah dengan
mengagungkan. Sungguh saya mengambil kertas belajarku dalam keadaan suci."
(Az Zarnuji,tt:18)
Jangan membentangkan kaki kearah kitab, jangan menulis dengan warna
merah. Itulah beberapa tata krama dalam memulyakan kitab.
4. Menghormati
Teman (Az Zarnuji,tt:19)
Termasuk arti menghargai ilmu pula, yaitu menghargai teman. Dalam
pergaulan, pelajar selalu memegangi akhlaq dan menjaga kehormatan mereka.
Begitu juga siap sedia, ringan tangan untuk membantu bila dibutuhkan. (The
Liang Gie,1988:27).
5. Selalu
bersikap hormat dan khidmat.
Hendaklah penuntut ilmu memperhatikan segala sesuatunya tentang
ilmu sekalipun masalah itu telah berulang – ulang didengarnya demi mengagungkan
dan menghormati ilmu. (Az Zarnuji,tt:19)
6. Janganlah
memilih ilmu sendiri.
Hendaklah sang murid jangan menentukan pilihan sendiri terhadap
ilmu yang akan dipelajari. Seyogyanya mempersilahkan guru untuk menentukan
pilihannya, karena dialah yang berkali – kali melakukan uji coba tentang
mengetahui ilmu apa yang sebaiknya diajarkan kepada seseorang sesuai tabiatnya.
Imam Burhanul Had Waddin berkata :
"Para siswa dimasa lalu dengan suka rela menyerahkan
sepenuhnya urusan – urusan belajar kepada gurunya, ternyata beroleh sukses apa
yang di idamkan ; tetapi sekarang pada menentukan sendiri, akhirnya gagal cita
– citanya dan tidak bisa mendapatkan ilmu dan fiqih." (Az Zarnujii,tt;19)
Suatu hikayat, bahwa Muhammad bin Ismail Al Bukhory pada mulanya
adalah belajar fiqih pada Muhammad bin Hasan Maka disuruhnya ia untuk belajar
ilmu hadits, maka menjadi pemuka hadits terkenal.
7. Menyingkiri
akhlaq tercela.
Pelajar supaya menjaga diri dari akhlaq yang tercela. Karena akhlaq
buruk itu ibarat anjing, terutama sikap takabbur atau sombong.
"Ilmu itu musuh bagi penyombong diri, laksana air bah, musuh
dataran tinggi." (Az Zarnuji,tt:20)
8. Kesungguhan
hati.
Selain itu semua, pelajar juga harus bersungguh – sungguh hati
dalam belajar secara kontinu. Ada dikatakan pula :
"Siapa bersungguh – sungguh dalam mencari sesuatu, pastilah
ketemu.","Barang siapa mengetuk pintu bertubi – tubi, pasti dapat
memasuki." (Az Zarnuji,tt:21)
Adapula dikatakan :
"Dalam mencapai kesuksesan mempelajari ilmu fiqih, diperlukan
kesungguhan tiga pihak, yaitu : guru, pelajar dan wali murid."
Dengan demikian, setelah guru memenuhi syarat dan bersungguh –
sungguh dalam mendidik, maka tinggal wali murid dan pelajar mempersiapkan diri.
Dikatakan dalam sya'ir :
- Dengan
kesungguhan, hal yang jauh jadi berada dekat, pintu terkunci pun terbuka.
Dalam manaqib Imam Syafi'i ditulis :
وَ
مَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً تَجُرَّعَ
ذَلَّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ
Terjemahan : "Barangsiapa tidak pernah merasakan pahitnya
belajar yang hanya sesaat, makaia akan merasakan kebodohan sepanjang
hidupnya." (Muhammad bin Abdil Qodir,tt:38)
Banyak orang yang memulai pekerjaan namun amat sedikit sampai pada
akhir pekerjaan itu, maka seorang pelajar dalam menempuh studynya jangan
sampainsetengah hati ; asal jalan. Karena hal itu meskipun dapat diselesaikan
namun hasilnya tidak memuaskan. Dalam buku terjemahan Kitab Ta'lim al
Muta'allim dituliskan :
- Tidak
kau boyong harta
Tanpa menanggung mesakat derita
Ilmu pun begitu pula (Aliy As'ad,tt:32)
- Siapa
tanpa mau sengsara inginkan keluhuran
Mengulur umur buat yang tak kedapatan (Aliy As'ad,tt:33)
9. Sekuat
tenaga
Hendak mencapai keluhuran ilmu, pelajar harus mempunyai hati yang
kokoh dan kemauan untuk berusaha sekuat tenaga, dengan tak mengenal letih
menghayati keutamaan ilmu.
Cita – cita tidak cukup melainkan harus disertai usaha yang keras
untuk memperjuangkannya. Tidak perlu membayangkan mencari ilmu dengan segala
kemudahan dan kesenangan, karena hal itu akan membuat hati tidak sanggup
menerima kenyataan dihadapan mata.
Sekuat tenaga untuk berusaha mencapai ilmu tidak akan timbul kalau
kita dapat menghayati keutamaan ilmu. Untuk itu dalam Kitab Ta'lim al
Muta'allim ditulis tentang keutamaan ilmu :
- Kami
rela, bagian Allah untuk kami
Ilmu untuk kami, harta buat musuh kami
- Dalam
waktu singkat, harta jadi musnah
Namun ilmu abadi tak akan sirna (Az Zarnuji,tt:25)
Keutamaan ilmu banyak diungkapkan dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim
yang menguraikan tentang keharusan sekuat tenaga guna mencari ilmu. Dikutib
mutiara hikmah dari Syaikh Ajall al Hasan bin Ali al Marghibaniy :
"Kaum bodoh, telah mati sebelum mati
orang alim, tetap hidup walaupun mati."
Kemudian dari Syaikh Islam Burhanuddin :
"Kebodohan membunuh si bodoh sebelum matinya
belum dikubur, badannya telah jadi pusara."
"Orang hidup tanpa berilmu, hukumnya mati
bila bangkit kembali, tak bisa bangkit kembali."
(Az Zarnuji,tt:26)
Dikemukakannya syi'ir yang begitu banyak diharapkan akan mampu
menggugah gairah untuk bangkit kembali menggali ilmu sekaligus tidak pernah
berhenti karena sudah mengenal, tahu akan keutamaan ilmu.
- Pemerikasaan Kesehatan
a. Istirahat
Untuk memelihara kesehatan badan pelajar hendaknya tidur dengan
cukup dan teratur pula. Bagin badan terutama sel – sel tubuh yang aus karena
pemakaian memerlukan istirahat yang cukup guna mengembalikan pada keadaan
seperti semula. Sudah banyak disinggung bahwa seorang dewasa memerlukan
sebanyak delapan jam untuk beristirahat (tidur). Waktu tidur tidak terlalu
malam dan bangun waktu pagi adalah lebih baik. Karena badan letih betul yang
kadang membuat sulit tidur.
Mungkin terlalu banyak belajar dan menghafal pelajar sulit untuk
tidur. Hal itu karena :
- Banyak
soal yang datang – pergi sehingga mengaduk pikiran. Untuk itu ada cara untuk
menghilangkannya, yaitu bangun dari tempat tidur dan mencatat pada notes apa
yang mengganggu pikiran. (The Liang Gie,1988:38)
- Terlalu
banyaknya darah yang mengumpul dalam kepala (otak), untuk itu dianjurkan
memakan makanan ringan atau meminum segelas susu panas.
Hati yang risau dan akan tidur dalam keadaan marah, jengkel selain
mempersulit tidur dan membuat tidur kurang nyenyak.
Untuk memberikan ketenangan dan kedamaian dalam tidur, akhirnya
pengarang Perancis Victor Hugo menganjurkan dengan katanya :
"Bilamana anda pergi tidur diwaktu malam, bawalah untuk bantal
anda tiga hal : kasih sayang, pengharapan dan welas asih. Dan anda akan bangun
diwaktu pagi dengan hati yang riang gembira."(The Liang Gie,1988:38)
b. Menu makanan yang sesuai
Selain memerlukan istirahat yang cukup, tubuh memerlukan makanan
guna menghasilkan tenaga yang cukup guna menunaikan tugas sehari – hari.
Makanan itu ada yang berfungsi menghasilkan tenaga seperti nasi karena
mengandung karbohidrat, ada yang menghasilkan zat pengatur dan sebagainya.
Selain menghasilkan tenaga dan zazt pengatur, makanan pun mempunyai
fugnsi sebagai zat pengganti bagian – bagian tubuh yang mengalami kerusakan.
Untuk itu disarankan bagi pelajar :
1. Makan
harus teratur pada waktu yang tertentu pula. Ini untuk memelihara ketertiban
pencernaan, selain itu jatah makanan harus pula teratur, jangan sampai pada
waktu tertentu sedikit sekali dan pada saat lain banyak sekali.
2. Ketika
makan, makanan seharusnya dinikmati dengan tenang. Jangan tergesa – gesa karena
ingin melakukan hal lain. Disamping bisa tersedak hal itu kurang baik bagi alat
pencernaan. Memanfaatkan waktu sedikit sebaik – baiknya akan memberikan manfaat
bagi kesehatan semaksimal mungkin bagi tubuh kita.
3. Mulai
membiasakan menikmati makanan yang dimakan, ketika makan jangan membaca buku.
4. Setelah
makan, luangkan waktu lima atau lima belas menit guna memberikan kesempatan
pada alat pencernaan untuk bekerja dengan baik. (The Liang Gie,1988:39)
5. Pemeriksaan
Kesehatn
Guna menjaga tetap baiknya tubuh diperlukan pemeriksaan kesehatan
guna mengetahui apakah tubuh dalam keadaan sehat atau terserang penyakit. Hal
itu selayaknya dilakukan mengingat pelajar sering bergaul dengan banyak orang
yang mungkin mengidap penyakit. Namun hal itu bukan berarti harus selektif
dalam pergaulan.
Setelah kebutuhan kerutinan diperhatikan pelajar mulai
memperhatikan pengendoran pikiran dengan melakukan rekreasi. Kegiatan ini
disamping mencari ketenangan akan didapatkan uga suasana baru untuk menghindari
kejenuhan dengan aktifitas keseharian.
10. Bercita – cita Luhur
Dalam menuntut ilmu seorang pelajar harus bercita – cita luhur
sebab burung terbang dengan kedua sayapnya, maka sudah seharusnya pelajar
memiliki cita – cita. (Az Zarnuji,tt:23)
Cita – cita itu berguna mencapai apa yang akan didapati.
Sebagaimana sya'ir oleh Abu al Thoyib :
"Seberapa kadar ahli cita – cita,, si cita – cita akan
didapati
seberapa kadar orang mulya, si kemulyaan kan ditemui."
"Barang kecil tampak besar, dimata orang yang bercita – cita
kecil
barang besar dimata orang bercita – cita besar akan tampakn
kecil." (Az Zarnuji,tt:33)
Dapat diambil kesimpulan cita – cita akan menghasilkan
energi akan menggerakkan badan guna mendapatkan apa yang telah dihajatkan.
Sebaliknya cita – cita tanpa diikuti dengan usaha akan mendapatkan ilmu yang
sedikit.
Ketika bercita – cita jangan sampai hanya untuk kehidupan dunia
juga melihat kepentingan akhirat kelak, dalam bahasan ini Imam Az Zarnuji
mengutip dari Kitab karya Syaikh Ridladdin ; Kitab Makarimul Akhlaq ; bahwa
ketika kaisar Dzul Qarnain dikala mau menaklukkan dunia barat dan timur,
bermusyawarah dengan hukama'nya, dan katanya : "Bagaimana saya harus pergi
untuk memperoleh kekuasaan dan kerajaan ini, padahal dunia itu hanya sedikit
nilainya, fana dan hina, yang berarti bukan cita – cita yang luhur ?."
Hukama' menjawab : "Pergilah tuan, demi mendapat dunia dan akhirat."
Kaisar menyahut : "Inilah yang terbaik." (Az Zarnuji,tt:24)
11. Menggali Ilmu
Pelajar seharusnya membiasakan diri dengan mengangan – angan
pelajarannya dengan sedalam mungkin, pengetahuan yang pelik hanya dapat
dipecahkan dengan cara mengangan – angan. (Az Zarnuji,tt:30)
Dalam masalah ini dikatakan :
"Pesan untukmu, tata bicara ada lima perkara, jika kau taat pada
pemesan yang suka rela. Jangan sampai lupa : Apa sebabnya, kapan waktunya,
bagaimana caranya, berapa panjangnya dan dimana tempatnya, itulah semua."
(Az Zarnuji,tt:30-31)
Itulah beberapa cara guna membicarakan sesuatu. Pembicaraan akan
tepat mengenai sasaran kalau diangan – angan lebih dahulu.
Menggali ilmu dengan angan dapat dilakukan dimana saja dan dengan
siapa saja. Ketika Abu Yusuf ditanya tentang cara memperoleh ilmu beliau
menjawab :
"Saya tidak merasa malu belajar dan tidak kikir
mengajar."
Dalam suatu kesempatan dikatakan pada Ibnu Abbas ra :
"Denganapakah tuan mendapat ilmu ?". Beliau menjawab :
"Dengan lisan banyak bertanya dan hati selalu berfikir."
(Az Zarnuji,tt:31)
Itulah perilaku kaum shalihin zaman dahulu yang perlu menjadi
perhatian bagi pelajar.
Bagi pelajar yang bekerja, bukan suatu hal jelek melakukan
pengulangan pelajaran ditempat itu. Sebab penggalian ilmu dapat dilakukan
dimanapun juga. Ulama' zaman dahulu melakukan diskkusi dikedai beliau. (Az
Zarnuji,tt:33)
12. Pembiayaan untuk
ilmu
Pelajar yang berbadan sehat dan pikiran normal untuk belajar.
Karena dengan bekal badan dan akal sehat dapat berusaha untuk mendapatkan biaya
belajar dan nafqah hidupnya. Dalam suatu riwayat tidak ada yang lenih melarat
dari Abu Yusuf, ternyata tidak melupakan pelajaranya.
Alangkah baiknya jika kebetulan mempunyai biaya yang cukup untuk
belajar jangan sampai melupakan belajarnya. Dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim
diriwayatkan ada seorang alim ditanya tentang sebabnya beliau mendapat ilmu,
dijawabnya :
"Dengan ayahku yang kaya. Dengan kekayaan itu, beliau berbakti
kepada ahli ilmu dan ahli keutamaan."
Maka pelajar tidak segan – segan membelanjakan harta, kekayaan buat
ilmu.
14. Pengaruh Dunia.
Pelajar ketika dalam pengembaraan mencari ilmu harus sanggup
merasakan hidup dengan prihatin dan menanggung derita. Sebagaimana Nabi Musa
as, pernah berkata dalam pengembaraan belajarnya :
"Benar – benar kuhadapi kesulitan dalam kelanaku ini."
(Az Zarnuji,tt:35)
Pelajar harus sanggup hidup yang dipandang hina dihadapan manusia
selama belajar. Dalam hal ini dituliskan sebuah sya'ir :
"Kulihat kamu, ingin supaya mulya dirimu, tak bakal bisa,
kecuali dengan tundukkan nafsumu."
Pelajar dianjurkan untuk mengekang kehendak untuk hidup yang tidak
diperlukan dalam belajar, seperti hidup bermewahan.
15. Menghadapi
kedengkian
Bagi orang alim tidak usah melibatkan diri dalam arena pertikaian
dan peperangan pendapat dengan orang lain, karena pertikaian yang tidak membawa
manfaat dan membuang waktu dan mengundang musuh.
Jika mendapatkan musuh dalam belajar atau dalam pergaulan yang
dengki tidak perlu membalas mereka akan mati dengan kedengkian sendiri. Bagi
pelajar, bukan membalas kedengkiannya melainkan menghiasi diri dengan menambah
kabajikan diri. Bila pelajar menambahkan kebajikan pada dirinya akan hancurlah
musuh itu. (Az Zarnuji,tt:37)
Berhati – hati jangan sampai berburul sangka kepada orang lain
adalah perlu diperhatikan bagi pelajar karena hal itu mengundang musuh. Abu al
Thoyyib berkata :
"Bila seorang lakunya buruk, buruk pula sangkaan hatinya, apa
kata wahamnyalah yang ia setujui."
"Ia musuhi yang mencintainya, dan katanya "Dia
memusuhi", ia pun bimbang, ditengah malam menjadi." (Az
Zarnuji,tt:37)
Sya'ir lain :
"Biarkan saja, lelaku jelek usah kau balas, apa saja yang kau
bagusi, tambahlah terus. Dari semua tipu musuhmu, kau akan dilindungi jikalau
musuh menipu kamu, jangan kau peduli." (Az Zarnuji,tt:37)
Maka cukup bagi pelajar berhati – hati dan meneruskan kegiatan
belajarnya.
16. Ambil Pelajari
dari Sesepuh.
Pelajar hendak mendapat nasehat yang bermanfaat, maka para sesepuh adalah
tempatnya dan mencecap ilmu mereka. (Az Zarnuji,tt:38)
17. Berbuat Wara'
Seorang pelajar selama dalam mencari ilmu seharusnya menjaga diri
dari segala yang telah diharamkan oleh Allah (wara')
Ditulis dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim barangsiapa yang tidak
berbuat wara' waktu belajar, maka Allah akan memberinya ujian sebagai berikut :
- Dimatikan
dalam usia muda.
- Ditempatkan
dalam perkampungan kaum bodoh.
- Dijadikan
pengabdi para penguasa.
Jika melakukan wara' maka ilmu akan menjadi manfaat, belajarpun
mudah. Termasuk berbuat wara' menjauhi perut yang terlalu kenyang,
terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal – hal yang tidak bermanfaat.
Seorang Zahid memesan muridnya aggar menjauhi :
- Ghibah
;
- Orang
– orang yang banyak bicara karena mereka mencuri kesempatan dan umur.
Selain itu termasuk berbuat wara' adalah menjauhi :
- Kaum
perusak ;
- Ahlli
maksiat ;
- Penganggur.
Sebab bergaul dengan mereka akan merusak kepribadian dan membawa
pengaruh jelek. Selain itu pelajar hendaklah melakukan hal – hal sebagai
berikut :
- Menghadap
qiblat waktu belajar ;
- Bercermin
pada sunah nabi ;
- Meminta
didoalan kaum ulama'.
Itu semua adalah termasuk dalam perbuatan wara', nantinya akan
membawa keberhasilan dalam belajar dan beroleh manfaat ilmu.
Itulah
konsep belajar dalam Kitab Ta'lim al Muta'allim yang penulis ringkas, namun
tidak jauh dari aslinya.
BAB IV
RELEVANSI KONSEP TA'LIM AL MUTA'ALLIM DENGAN
TEORI PENDIDIKAN MASA KINI
Kitab Ta'lim al Muta'allim, karya Imam Az Zarnuji, apabila dilihat
dari isi dan materi yang dibahas didalamnya, pada hakekatnya masih relevan
dengan dunia pendidikan sekarang ini. Hal ini dapat dilihat bahwa komponen –
komponen pendidikan dan pengajaran yang banyak dikemukakan oleh para pakar
pendidikan pada abad ini sebenarnya sudah tercakup dalam kitab tersebut,
meskipun harus diakui bahwa dari pola urutan pembahasannya masih kurang
sistematis.
Menurut para pakar pendidikan, sedikitnya ada lima komponen yang
harus terdapat dalam dunia pendidikan saat ini, satu dengan lainnya mempunyai
hubungan timbal balik dan tidak boleh dipisah – pisah. Lima komponen itu adalah
:
a. Tujuan pendidikan ;
b. Anak didik ;
c. Pendidik ;
d. Alat – alat ;
e. Lingkungan. (Wasty
Soemanto,tt:128)
1. Komponen Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Az Zarnuji dijelaskan dalam bab II di
kitabnya, yaitu untuk mengharap dan memperoleh ridla Allah swt, mengabdi,
menegakkan, mengembangkan agama islam, menghilangkan kebodohan, sebab taqwa
kepada Allah swt tidak akan terwujud dengan adanya kebodohan. Karena itu tanpa
pendidikan kebodohan merajalela, maka bencana dan malapetaka akan menimpa
dunia. Argumen ini berdasarkan pada dua bait Syaikh Burhanuddin pengarang Hidayah :
- Hancur
lebur, orang alim tak teratur
Lebih lebur, bila si jahil ibadah ngawur
- Keduanya
menjadi fitnah, menimpa ganas di dunia
Atas yang mengikutinya, sebagai dasar peri agama. (Az
Zarnuji,tt:10)
2. Faktor Anak Didik
Sesuai dengan nama kitab yang dipilih dan dikehendaki oleh Imam Az
Zarnuji, yaitu Ta'lim al Muta'allim artinya pengajaran / pendidikan murid,
Thariqut Ta'allum artinya metode pembelajaran, maka fokus pembahasan banyak
ditujukan kepada murid / peserta didik dan hampir seluruh bab yang ada
mengungkap hal – hal yang berkaitan dengan syarat – syarat yang harus dimiliki
dan dipenuhi oleh murid, baik itu mengenai kognitif (intelektual), afektif
(sikap, nilai – nilai) dan psikomotor (kelincahan / keterampilan) dan kehalusan
bahasa sesuai dengan tujuan proses balajar. (Tabrani,1992:10). Unsur anak didik
(peserta didik) yang dibahas antara lain terdapat pada bab III tentang memilih
ilmu (bidang studi), guru dan teman. (Az Zarnuji,tt:13), bab V tentang rajin,
tekun dan cita – cita. (Az Zarnuji,tt:20), bab VI tentang memulai belajar,
ukuran ketentuan belajar dan ketertiban belajar. (Az Zarnuji,tt:28), bab XI
tentang sikap wara' murid (menjauhi hal – hal yang diharamkan Allah). (Az
Zarnuji,tt:39) dan bab XII menguraikan tentang hal – hal yang dapat memperkuat,
memperlemah hafalan. (Az Zarnuji,tt:41)
3. Komponen Pendidik (Guru)
Komponen pendidik (guru) dibahas oleh Imam Az Zarnuji secara jelas
dan detail dalam bab III tentang memilih guru. (Az Zarnuji,tt:13) dan
menghormati ahli ilmu atau guru. (Az Zarnuji,tt:16). Dua bab itu secara khusus membahas
hal – hal yang berkaitan dengan sifat yang harus dimililki oleh guru / pendidik
yang berkenaan dengan adab, kesopanan murid kepada guru dan putra – putrinya.
Selain itu membahas tentang guru yang semestinya dipilih oleh
murid, yaitu mempunyai ilmu yang mumpuni, lebih menjaga diri dan lebih tua
(lebih berumur). (Az Zarnuji,tt:13).
4. Komponen Alat Pendidikan
Yang dimaksud dengan alat pendidikan ialah segala sesuatu yang
dipergunakan langsung atau tidak langsung membantu terlaksananya pendidikan.
(Wasty Soemanto,tt:149). Dengan demikian, alat – alat pendidikan yang dapat
digunakan itu cukup banyak. Misalnya, buku, alat tulis dan sebagainya.
Materi pendidikan yang tertera dalam berbagai macam bidang studi
yang terwujud dalam bentuk buku pelajaran yang merupakan bagian dari komponen
alat pendidikan amat diperhatikan oleh Imam Az Zarnuji dan dibahas dalam
beberapa bab, yaitu bab I menekankan untuk mempelajari ilmu yang terkait dengan
kewajiban ibadah, seperti : salat, puasa, zakat, dan haji atau mu'amalah,
seperti : jual beli, namun tidak mengabaikan yang terkait dengan kesehatan,
seperti kedokteran, tetapi tidak membenarkan mempelajari, mempergunakan ilmu
yang sarat dengan ramalan nasib seseorang, seperti ilmu nujum. Bab III membahas
keharusan mendahulukan ilmu Tauhid dan tidak cenderung meninggalkan suatu kitab
tafsir diatas kitab – kitab lainnya, dan bila mengambilnya dilakukan dalam
keadaan suci. (Az Zarnuji,tt:4,13,16).
5. Komponen Millieu / Lingkungan
Millieu atau lingkungan adalah lapangan – lapangan berupa keluarga,
sekolah dan masyarakat, itu yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan. (Wasty
Soemanto,tt:162).
Komponen lingkungan dibahas oleh Imam Az Zarnuji secara khusus
dalam bab III. Beliau menekankan agar anak didik memilih teman yang rajin,
tekun, wara' (menjauhi hal – hal yang diharamkan oleh Allah) dan menjauhi teman
yang banyak bicara, suka berbuat keburukan dan gemar membuat fitnah. (Az
Zarnuji,tt:14).
Disamping besarnya pengaruh pergaulan teman – teman Imam Az Zarnuji
juga menguraikan betapa kuatnya pengaruh keluiarga, terutama kedua orang tua
dengan mengutip sebuah hadits nabi yang artinya : "Setiap bayi dilahirkan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan perbandingan dan pembahasn pada Kitab Ta'lim al
Muta'allim dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa kitab tersebut mempunyai
konsep pendidikan dan mengandung lima unsur (komponen pendidikan) dengan
demikian Kitab Ta'lim al Muta'allim sesuai / relevan dengan konsep pendidikan
saat ini.
Namun konsep yang terkandung didalamnya tidak disusun secara
sistematis dan terkesan tidak begitu rinci.
Kitab tersebut betul – betul bernuansa Islam yang mendalam dan
menekankan pada bidang akhlaqul karimah yang semestinya dimiliki oleh pelajar.
B. Saran – saran.
Tata krama yang ada dalam Kitab tersebut sebaiknya diajarkan kepada
siswa dengan memperhatikan perkembangan zaman. Karena didalamnya banyak
mengungkapkan kaum shalih.
Penelitian tentang kitab itu, perlu dilakukan guna menggali
pengetahuan yang ada di dalamnya.
C. Penutup
Penulis yakin disana – sini dalam skripsi ini terdapat kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu saran perbaikan akan penulis perhatikan.
Daftar Kepustakaan
Aliy As'ad, Drs. (Penterjemah). Bimbingan Bagi
Penuntut Ilmu Pengetahuan.Kudus : Menara Kudus, tt.
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhori. Bukhori bi
Hasyiyati al Nada.Semarang : Usaha Keluarga, tt.
Abi Daud Sulaiman al Azdi. Sunan Abi Daud. Dahlan.
Indonesia
Abi Hamid Muhammad al Ghozali. Ihya' Ulumuddin. Beirut
: Darul Fikr. Libanon, 1989.
Ali bin Muhammad. Fathul Karim al Manan. Damsik :
Darul Bayan, tt.
Arifin, Prof.,H.M.M. Ed. Kapita Selekta Pendidikan : Islam
dan Umum. Jakarta : Bumi Aksara, 1991.
Choiron Chusen, Ust.,H.M. Kunci Da'wah. Bangil :
Pustaka Salafiyah Bangil, 1987.
Dedi Supriyadi, Dr. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta
: Adi Cipta Nusa, 1998.
Depag. Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama
Islam. Jakarta. Dirjen. Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1996.
Ibrahim ibnu Ismail. Syarah Ta'lim al Muta'allim. Surabaya
: Al Hidayah.
Muhammad ibnu Abdil Qodir. Manaqib Imam Asy Syafi'i. Kediri
: Maktabah Muhammad Usman, tt.
Muhammad Ali. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta
: Pustaka Amani, tt.
Muslim bin Hijaj ibnu Muslim al Qusyairi. Shahih Muslim. Nur
Asiyah, tt.
Sudarto, Drs. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta
: Raja Grafindo, 1996.
Syahminan Zaini, Drs. Prinsip – Prinsip Konsepsi Pendidikan
Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 1986.
Tatang M. Amirin. Menyusun Penelitian. Jakarta :
Rajawali Pres, 1990.
Tim Penyusun Kamus Pusat. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Depdikbud, 1990.
Tabrani Rusyan, Drs.,A., Atang Kusnidar B.A. dan Drs. Zainal
Arifin. Pendendekatan Dalam Proses Belajar – Mengajar. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 1992.
The Liang Gie. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta
: Pusat Studi Yogyakarta, 1988.
Wasty Soemanto, Drs. Dan Dra. Hemdyatsoetopo. Dasar dan
Teori Pendidikan Dunia Tantangan Bagi Para Pemimpin Pendidikan. Surabaya
: Usaha Nasional, tt.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir al Qur'an. Al
Qur'an dan Terjemah. Madinah : Percetakan al Qur'an, 1411 H.
Az Zarnuji. Ta'lim al Muta'allim Fi Bayani Thariqi al
Ta'allum. Surabaya : Al Hidayah, tt.
Zakiah Darajat. Kepribadian Guru. Jakarta : Bulan
Bintang, 1980.
____________ (Penterjemah). Mencari Bakat Anak – Anak. Jakarta
: Bulan Bintang, 1984.
Komentar
Posting Komentar